Bisnis.com, JAKARTA — Nilai aktiva bersih (NAB) atau dana kelolaan industri reksa dana mengalami penurunan tipis sepanjang Februari 2021.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, NAB industri reksa dana per akhir Februari 2021 sebesar Rp571,74 triliun, turun sekitar 0,80 persen dibandingkan dengan NAB akhir Januari 2021 yang sebesar Rp572,20 triliun.
Adapun, unit penyertaan reksa dana juga terpantau menyusut sepanjang Februari, dari 441,03 miliar unit penyertaan pada akhir Januari menjadi 434,76 miliar unit penyertaan, atau turun 6,727 miliar unit penyertaan.
Jika dilihat berdasarkan masing-masing jenis, reksa dana pasar uang mengalami penurunan dana kelolaan paling dalam yakni -7,6 persen, dari Rp101,5 triliun menjadi Rp93,82 triliun. Kemudian reksa dana terproteksi turun tipis 0,8 persen.
Sementara itu, dalam periode yang sama NAB jenis-jenis reksa dana lainnya bertumbuh. Kenaikan dana kelolaan tertinggi reksa dana aset global yang tumbuh 13,4 persen, diikuti reksa dana sukuk 8,9 persen, dan reksa dana saham 2,5 persen.
Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan penurunan NAB reksa dana pasar uang menjadi salah satu penyebabnya. Namun, secara industri masih wajar karena hanya di bawah 1 persen.
Baca Juga
Wawan menyebut penyusutan dana kelolaan reksa dana pasar uang disebabkan penjualan unit penyertaan (redemption) serta perpindahan ke kelas terjadi perpindahan dana dari kelas aset pasar uang ke kelas aset lain.
“Pasar uang turun hampir 8 persen, tapi secara industri sekitar 1 persen. Jadi selain yang switching pasti ada yang keluar dari reksa dana, unit penyertaan juga turun,” tuturnya kepada Bisnis, Selasa (9/3/2021)
Lebih lanjut dia memperkirakan dana dari kelas aset pasar uang pindah ke produk reksa dana dengan kelas aset pendapatan tetap dan reksa dana saham.
Dia juga menyebut ini sebagai hal yang wjaar karena reksa dana pasar uang memang kerap dijadikan tempat “parkir” sementara untuk dana investasi.
“[Dana kelolaan] saham mungkin naik juga didorong IHSG jadi valuasinya naik, tapi reksa dana pendapatan teteap ini secara kinerja kan masih minus, jadi kenaikan NAB-nya pasti dari subscription [pembelian reksa dana],” jelas Wawan.
Menurut Wawan, saat ini reksa dana pendapatan tetap tengah menarik bagi investor karena harganya sangat murah. Pasalnya, di tengah penurunan suku bunga, harga obligasi malah ikut turun, terlihat dari imbal hasil obligasi yang naik.
“Banyak yang memanfaatkan momentum untuk beli saat sedang murah. Sangat bagus kalau beli sekarang, sebelum nanti naik dan ada [pembayaran] kupon,” imbuhnya.
Untuk kelas aset saham, Wawan menyebut kenaikan dana kelolaan lebih banayak ditopang oleh kinerja IHSG yang naik 6,47 persen sepanjang Februari.
Tak hanya itu, dia menilai tren positif kelas aset saham juga terjadi untuk pasar global, tercermin dari dana kelolaan reksa dana global yang juga tumbuh signifikan sepanjang bulan lalu.
Sementara itu, untuk Maret ini, Wawan memprediksi dana kelolaan reksa dana akan kembali naik, khususnya di akhir bulan. Pun, pertumbuhan NAB akan banyak ditopang oleh kelas aset saham, karena kinerja obligasi diramal masih akan stagnan.
“Jelang akhir Maret ini laporan keuangan sudah banyak keluar, diharapkan akan ada efek positif dari situ. Lalu sudah mau bulan bagi dividen, jadi pasti akan menaikkan dana kelolaan juga,” pungkasnya.