Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan berada di zona hijau pada sesi perdagangan awal Senin (8/3/2021), berbalik menguat daripada penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada pembukaan perdagangan indeks harga saham gabungan (IHSG) terpantau dibuka di level 6.304 dan langsung naik 0,75 persen pada pukul 09.03 WIB ke posisi 6.308,66.
Adapun, pada penutupan perdagangan kemarin, IHSG parkir di level 6.258,75 melemah 0,51 persen atau 32,04 poin.
Dari keseluruhan konstituen, hanya sebanyak 247 saham berhasil menguat, 82 saham melemah, sedangkan 143 saham lainnya tampak tidak bergerak dari posisi pada perdagangan sebelumnya.
Investor asing tercatat melakukan transaksi net sell sebesar Rp49,69 miliar dengan sasaran aksi jual ke saham MDKA sebesar Rp5,2 miliar, BBCA sebesar Rp5,1 miliar, dan CPIN sebesar Rp4,3 miliar.
Penguatan IHSG dipimpin oleh saham EPAC yang naik 33,78 persen, ABBA menguat 12,3 persen, dan ASSA naik 9,03 persen.
Adapun, Pelemahan dipimpin oleh saham BCAP yang terkoreksi 6,99 persen, MRAT turun 6,96 persen, dan DADA yang melemah 6,94 persen.
Sementara itu, sebanyak 10 dari 11 indeks sektoral klasifikasi IDX-IC terpantau menguat. Kenaikan dipimpin oleh sektor transportasi yang naik 1,67 persen, disusul sektor industriyang menguat 1,18 persen.
Di sisi lain, sektor teknologi melemah 0,81 persen dan menahan penguatan IHSG lebih lanjut.
Sebelumnya, Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang menjelaskan IHSG berpeluang menguat Senin ini seiring penguatan indeks Dow Jones sebesar 1.85 persen. Selain itu, rebound sejumlah komoditas seperti minyak, timah, dan nikel juga dapat membantu penguatan IHSG.
Kendati demikian, Edwin menuturkan masih ada sejumlah katalis negatif yang berpotensi menghambat kenaikan IHSG. Salah satu ancaman tersebut adalah kenaikan imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 10 tahun.
Selain naiknya yield obligasi 10 tahun, katalis negatif juga berasal dari kondisi sosial dan politik didalam negeri yang diperkirakan akan memanas menyusul terjadinya perebutan kekuasaan di tubuh Partai Demokrat.
Ia memaparkan, aksi saling klaim kekuasaan ini akan menimbulkan kekhawatiran terjadinya konflik fisik baik vertikal maupun horisontal di seluruh wilayah Indonesia. Padahal selama ini Indonesia sedang dalam keadaan yang aman, damai dan sentosa.
“Namun, karena syahwat politik ingin berkuasa konflik fisik tersebut berpotensi terjadi,” jelasnya.