Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Bisnis-27 penutup perdagangan akhir pekan pertama Maret 2021 dengan melemah tipis. Mayoritas konstituen merah, Saham PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) pimpin pelemahan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (5/3/2021) pada pukul 15.15 WIB, indeks Bisnis-27 melemah 0,4 persen atau 2,06 poin ke level 513,144. Indeks bergerak di rentang 516,931-511,177.
Dari 27 emiten konstituen indeks, hanya 4 saham bergerak di zona hijau, 5 saham tidak bergerak dari harga perdagangan sebelumnya, dan 18 saham bergerak di zona merah.
Pelemahan Indeks Bisnis-27 hari ini dipimpin oleh saham PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) yang turun 6,89 persen atau 270 poin ke level 3650.
Menyusul BTPS, ada emiten pabrik kertas PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. (INKP) yang anjlok 4,35 persen. Terdapat pula emiten tambang, PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) yang melemah 3,28 persen.
Adapun, saham yang menguat dipimpin PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang naik 1,19 persen atau 400 poin ke level 34000. Disusul PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) yang naik 0,79 persen dan PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) yang naik 0,59 persen.
Baca Juga
Sementara itu, Indeks harga saham gabungan menutup perdagangan Jumat (5/3/2021) di zona merah, melanjutkan pelemahan daripada perdagangan sebelumnya.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks harga saham gabungan (IHSG) parkir di level 6.258,75 melemah 0,51 persen atau 32,04 poin. Sepanjang perdagangan IHSG bergerak di kisaran 6.245,308 hingga 6.307,683.
Investor asing tercatat membukukan transaksi jual bersih hingga Rp965,79 miliar dengan sasaran aksi jual tertuju pada INCO mencapai RP69,5 miliar, ICBP hingga Rp66,9 miliar, dan UNTR hingga Rp60 miliar.
Dari keseluruhan konstituen, sebanyak 187 saham berhasil menguat, 306 saham terkoreksi, sedangkan 133 saham lainnya terpantau stagnan.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan bahwa tren kenaikan imbal hasil obligasi AS kembali membayangi pergerakan indeks komposit.
Untuk diketahui, imbal hasil obligasi AS untuk tenor 10 tahun naik tajam 5,44 persen ke atas level 1,55 persen, menjadi level tertinggi imbal hasil dalam 52 minggu terakhir.
Hal itu pun mendorong penguatan indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama naik 0,13 persen ke posisi 91,748.
“Selain itu, menanti penetapan Senat AS dalam mengesahkan program stimulus dari Presiden AS Joe Biden dengan nilai mencapai US$1,9 triliun untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam itu,” ujar Nafan saat dihubungi Bisnis, Jumat (5/3/2021).
Di sisi lain, sentimen di dalam negeri pun tampak tak mendukung. Tren kenaikan kinerja cadangan devisa Indonesia belum berdampak positif terhadap kenaikan indeks.
Penerapan kebijakan PPKM mikro juga merupakan sentimen negatif bagi IHSG. Adanya tren kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia juga mencemaskan pelaku pasar.