Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Obligasi Domestik Tak Stabil, Ini Saran Bahana TCW

Bahana TCW melihat prospek pasar obligasi masih positif mengingat arus dana asing masih mengalir sebesar Rp 2,5 triliun sepanjang tahun 2021 (ytd).
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo

Bisnis.com, JAKARTA – Penurunan harga obligasi negara Indonesia yang dipicu kenaikan imbal hasil (yield) US Treasury menjadi peluang emas yang patut dimanfaatkan oleh para investor.

Budi Hikmat, Kepala Makroekonomi dan Direktur Strategi Investasi Bahana TCW mengatakan, kenaikan imbal hasil (yield) obligasi negara Amerika Serikat (US Treasury) sepanjang pekan lalu telah mendorong kenaikan yield Surat Berharga Negara (SBN).

Pekan lalu, US Treasury sempat melesat hingga 1,52 persen, atau level tertinggi sejak awal Februari 2020. Hal ini memicu koreksi harga SBN di berbagai negara, tidak terkecuali di Indonesia.

Bahana TCW mencermati langkah Bank Indonesia saat ini melakukan pengendalian di pasar sekunder untuk pertama kalinya pada tahun 2021. Sejak pandemi, BI terlihat fokus dalam menstabilkan pasar obligasi, terutama di pasar sekunder.

Kendati asing melakukan aksi jual di pasar obligasi, Bahana TCW melihat prospek pasar obligasi masih positif mengingat arus dana asing masih mengalir sebesar Rp 2,5 triliun sepanjang tahun 2021 (ytd).

“Mencermati koreksi yield SBN yang melonjak hingga mendekati 6,6 persen, kami merekomendasikan agar investor dapat mengambil peluang untuk berinvestasi di pasar obligasi selain berinvestasi didalam saham,” katanya dikutip dari keterangan pers, Selasa (2/3/2021).

Bahana TCW memproyeksi, yield obligasi negara berada di level 5,8 persen pada akhir tahun. Investor domestik kini memiliki pilihan untuk membeli SBN di pasar primer melalui lelang dan atau membeli di pasar sekunder yang harganya lagi jatuh.

Sementara itu, kenaikan yield US Treasury merefleksikan kepercayaan pasar akan pemulihan ekonomi Amerika Serikat sehingga berpotensi memicu inflasi.

Penguatan ekonomi di negeri Paman Sam ditunjukkan dengan kenaikan upah di AS yang tumbuh 5,4 persen secara year-on-year (yoy) di Januari 2021 menyusul kenaikan harga property 10.86 persen yoy yang jauh di atas rata-rata sebesar 5 persen

“Dengan harga penjualan rumah yang masih bisa naik dan kenaikan upah di masa pandemi, menunjukkan perekonomian Amerika menguat, apalagi bila vaksinasi sukses. Inilah yang melandasi kenaikan imbal hasil obligasi AS. Ini merupakan kabar baik untuk asset seperti saham,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper