Bisnis.com, JAKARTA - Emiten produsen minyak sawit, PT PP London Sumatra Tbk., menyiapkan sejumlah strategi untuk mempertahankan pertumbuhan kinerja pada 2021.
Presiden Direktur PP London Sumatra Benny Tjoeng mengatakan bahwa industri perkebunan diperkirakan masih tetap menantang pada tahun ini karena dampak pandemi Covid-19 di seluruh dunia.
“Kami akan terus memperkuat posisi keuangan, mengendalikan biaya dan efisiensi, meningkatkan produktivitas, memprioritaskan belanja modal pada aspek aspek yang berpotensi memiliki pertumbuhan serta berfokus pada praktik-praktik agrikultur yang baik secara berkelanjutan,” ujar Benny seperti dikutip dari keterangan resminya, Senin (1/3/2021).
Adapun pada 2020, emiten berkode saham LSIP itu mencatatkan pendapatan dari kontrak dengan pelanggan sebesar Rp3,53 triliun. Pencapaian itu turun 4,4 persen dibandingkan dengan perolehan 2019 sebesar Rp3,69 triliun.
Namun, penurunan pendapatan itu sebagian diimbangi oleh kenaikan harga jual rata-rata (ASP) produk sawit hingga 26 persen secara year on year (yoy).
Kenaikan harga itu pun berhasil membawa LSIP mencetak pertumbuhan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar 174,12 persen menjadi Rp696,01 miliar, dibandingkan dengan perolehan 2019 sebesar Rp253,9 miliar.
Baca Juga
Benny menjelaskan bahwa harga CPO berhasil naik signifikan pada paruh kedua 2020, setelah sempat anjlok ke level terendah pada kuartal II/2020. Kenaikan harga CPO dinilai didorong oleh ekspektasi dampak dari kondisi cuaca, pasokan CPO yang terbatas, dan naiknya permintaan kedelai.
Selain itu, Benny juga mengungkapkan bahwa kenaikan laba perseroan juga didukung upaya perseroan dalam pengendalian biaya dan efisiensi. Hal itu pun tercermin dari sejumlah pos beban yang berhasil ditekan, seperti beban pokok penjualan menjadi Rp2,46 triliun dibandingkan dengan 2019 sebesar Rp3,13 triliun.
Selain itu, beban penjualan dan distribusi juga turun menjadi Rp52,9 miliar, beban umum dan administrasi menjadi Rp212,69 miliar, dan beban operasi lain sebesar Rp11,16 miliar.
Di sisi lain, LSIP juga mempertahankan posisi keuangan dengan total aset Rp10,92 triliun, termasuk posisi kas dan setara kas Rp1,96 triliun. LSIP juga tidak melakukan pendanaan melalui hutang per 31 Desember 2020.
Dari sisi produksi, volume produksi Tandan Buah Segar (TBS) inti turun 11,7 persen yoy menjadi 1.294.716 ton terutama karena dampak cuaca dan kegiatan peremajaan tanaman sawit.
Sejalan dengan kontribusi TBS eksternal yang lebih rendah, total produksi CPO LSIP juga turun 16,9 persen yoy menjadi 330.936 ton.
Dari itu, volume penjualan CPO turun 22,2 persen yoy menjadi 324.939 ton dan volume penjualan PK dan produk turunan PK turun 21,9 persen yoy menjadi 97.552 ton.