Bisnis.com, JAKARTA — Kurs rupiah menyentuh posisi Rp14.036 per dolar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, Kamis (4/2/2021).
Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.036 per dolar AS, melemah 19 poin atau 0,13 persen dari posisi kemarin, Rabu (3/2/2021) Rp14.017 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terpantau melemah 17 poin atau 0,13 persen ke level Rp14.022 per dolar AS pada pukul 10.19 WIB, setelah dibuka di level Rp14.007.
Direktur PT TRFX Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam laporannya menyebutkan salah satu faktor penopang penguatan rupiah kemarin adalah upaya pemerintah Indonesia dalam memastikan pemberlakuan Undang-Undang Cipta Kerja.
“Untuk hari ini nilai tukar rupiah dibuka menguat di kisaran Rp13.080 hingga Rp14.030,” ujarnya dalam laporan riset harian, Kamis (4/2/2021).
Ibrahim menuturkan, mata uang garuda menguat karena pemerintah akan segera merampungkan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) dan Peraturan Presiden (Perpres) yang menjadi aturan pelaksanaan Undang-undang (UU) Cipta Kerja. Beleid itu membutuhkan 49 PP dan lima Perpres agar bisa berjalan di lapangan.
Saat ini, dua PP sudah disahkan yaitu PP No 73/2020 dan PP No 74/2020. Sementara 38 PP dan 4 Perpres sudah selesai dan disampaikan Menko Perekonomian ke Presiden untuk mendapatkan persetujuan dan penetapan. Kemudian 9 PP dan 1 Perpres sudah selesai dibahas dan sedang dalam proses harmonisasi.
“Kehadiran UU Cipta Kerja yang efektif di lapangan dengan berbagai aturan pelaksanaannya membuat prospek berinvestasi di Indonesia menjadi cerah. Pada gilirannya akan mendongkrak penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi,” katanya.
Di sisi lain, indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang utama lainnya melemah 0,024 poin atau 0,03 persen ke level 91,147 pada pukul 10.11 WIB.
Indeks dolar AS sebelumnya naik tipis 0,07 persen menjadi 91,145 pada perdagangan Rabu, setelah naik ke level tertinggi dua bulan di 91,308 selama sesi tersebut.
Dolar telah melonjak 1,3 persen tahun ini karena investor melihat perbedaan yang melebar antara kemungkinan kekuatan pemulihan pasca pandemi di AS dan Eropa.
"Rebound dolar telah melambat tetapi mungkin belum berakhir," tulis ahli strategi di Brown Brothers Harriman pada Rabu (3/2/2021), seperti dikutip Antara.