Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak melanjutkan penguatan didukung kejatuhan mata uang dolar Amerika Serikat. Kenaikan harga tetap terjadi kendati dibayangi sentimen tekanan permintaan.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (2/2/2021) hingga pukul 14.16 WIB harga minyak jenis WTI untuk kontrak Maret 2021 di bursa Nymex berada di level US$54,09 per barel, naik 1,01 persen.
Sementara itu, harga minyak jenis Brent untuk kontrak pengiriman April 2021 di bursa ICE berada di posisi US$56,85 per barel, menguat 0,89 persen.
Founder Vanda Insight Singapura Vandana Hari mengatakan bahwa sentimen permintaan yang sebelumnya menekan pergerakan harga tampaknya telah berbalik arah.Hal itu sebagian besar didukung oleh penurunan kasus Covid-19 yang berkelanjutan di AS dan beberapa negara lainnya.
“Sentimen itu pun telah menutupi penurunan harga yang terjadi pada pekan lalu akibat masalah vaksin di Uni Eropa,” ujar Hari seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (2/2/2021).
Pada pekan lalu, minyak dibayangi sentimen prospek permintaan jangka pendek yang cukup menantang. Pasar tampak khawatir terhadap penyebaran varian baru Covid-19 yang akan menyebabkan lebih banyak lockdown dan merusak prospek pemulihan pada tahun ini.
Baca Juga
Selain itu, peluncuran vaksin yang tidak berjalan semulus yang diantisipasi di beberapa negara dan kebangkitan virus di Asia juga menjadi sentimen negatif karena membuat pemulihan bahan bakar transportasi tampak semakin rapuh.
Di sisi lain, penguatan minyak juga didukung oleh anjloknya dolar AS membuat minyak menjadi lebih murah bagi investor yang dengan denominasi mata uang selain dolar AS. Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak ke level 90,98.
Sementara itu, tim analis Monex Investindo Futures mengatakan bahwa harga minyak berpotensi melanjutkan penguatannya ditopang optimisme meningkatnya permintaan minyak mentah, setelah kabar pertemuan Presiden AS Joe Biden dengan anggota senat AS.
Pertemuan itu membahas stimulus bantuan Covid-19 untuk masyarakat AS yang akan mendukung perputaran roda ekonomi dari negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu. Pemangkasan produksi minyak mentah oleh Arab Saudi juga membantu mengurangi persediaan dan mendukung kenaikan harga minyak.
“Harga minyak berpotensi dibeli jika naik ke atas US$54,35 per barel, dan menguji kisaran US$54,6 hingga US$55,2 per barel,” tulis tim analis Monex Investindo Futures dikutip dari publikasi riset hariannya, Selasa (2/2/2021).
Pada pekan ini, pasar juga menanti pertemuan Komite Pengawasan Kementerian Bersama (JMCC) OPEC+ untuk membahas usulan kebijakan yang akan diajukan pada pertemuan resmi OPEC+ awal Maret. Keberlanjutan komitmen pemangkasan produksi diyakini akan mendukung harga ketika permintaan masih dibayangi ketidakpastian.