Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menakar Dampak Pemeriksaan Kejagung di BPJS Ketenagakerjaan ke Pergerakan IHSG

Kepala Riset Reliance Sekuritas Lanjar Nafi berpendapat pelemahan IHSG turut dipicu oleh kekhawatiran investor mengenai penyelidikan Kejagung di BPJS Ketenagakerjaan.
Karyawan beraktivitas didepan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (30/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan beraktivitas didepan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (30/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Pemeriksaan Kejaksaan Agung (Kejagung) atas investasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS Ketenagakerjaan disebut-sebut menambah tekanan terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belakangan ini.

Berdasarkan data Bloomberg pada Selasa (26/1/2021), IHSG masih berada di zona merah dengan pelemahan 0,25 persen di level 6.240 pada pukul 09.24 WIB. Adapun posisi indeks sekarang ini memperpanjang penurunan selama tiga hari beruntun.

Kepala Riset Reliance Sekuritas Lanjar Nafi berpendapat pelemahan IHSG turut dipicu oleh kekhawatiran investor mengenai penyelidikan Kejagung di BPJS Ketenagakerjaan.

Baru-baru ini, Kejagung mulai memeriksa investasi BPJS Ketenagakerjaan dalam bentuk saham dan reksadana yang mengalami kerugian belum terealisasi senilai lebih dari Rp40 triliun dari total investasi sekitar Rp400 triliun.

“[Pelemahan IHSG karena] aksi kekhawatiran investor terhadap kasus BPJS Ketenagakerjaan yang diselidiki secara intensif oleh Kejagung,” tulis Lanjar dalam riset, Selasa (26/1/2021).

Berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan, perseroan menempatkan investasinya ke dalam berbagai instrumen. Mayoritas investasi atau sebesar 64 persen dana ditempatkan dalam bentuk aset surat utang dan sebanyak 10 persen di deposito.

Sementara di saham, BPJS Ketenagakerjaan menempatkan dana 17 persen dari total investasi, 8 persen di reksa dana, dan 1 persen investasi langsung.

Sejak 2016, imbal hasil dari investasi BPJS Ketenagakerjaan terpantau beragam. Paling tinggi perseroan mendapatkan return 7,82 persen pada 2018. Pada 2018 hingga 2020, terpantau imbal hasil investasi perseroan menurun seiring dengan pelemahan IHSG.

Bahkan pada periode Agustus—September 2020, BPJS Ketenagakerjaan membukukan kerugian belum terealisasi mencapai Rp40 triliun atau melonjak dari periode Desember 2019 yang senilai Rp13 triliun—Rp14 triliun.

Sementara itu, pada Januari 2021, kerugian belum terealisasi masih terjadi namun sudah turun kembali ke level Rp13 triliun.

Kendati IHSG begitu terpuruk pada 2020 akibat pandemi, BPJS Ketenagakerjaan masih dapat mendulang cuan setidaknya dari saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI).

Dari data Bloomberg, BPJS Ketenagakerjaan terpantau mengakumulasikan saham Bank Mandiri dalam ukuran jumbo sejak kuartal II/2020 ketika harga saham BMRI turun ke titik terendah hingga Rp3.720 per saham.

Berdasarkan data historis, saham BMRI bergerak di atas Rp7.273 sebelum pandemi melanda pada 2020. Adapun, sejak menyentuh titik terendah, saham BMRI bangkit 70,03 persen pada akhir 2020.

Pada akhir kuartal IV/2020, BPJS Ketenagakerjaan memiliki 857,75 juta saham BMRI yang menjadikan perseroan sebagai pemilik saham Bank Mandiri terbesar kedua setelah Pemerintah Indonesia. Padahal, pada kuartal I/2020, BPJS Ketenagakerjaan sama sekali belum memegang saham BMRI.

Deputi Direktur Bidang Humas dan Antar Lembaga BPJS Ketenagakerjaan atau BP Jamsostek Irvansyah Utoh Banja menjabarkan bahwa penempatan investasi di instrumen saham merupakan salah satu kebijakan badan tersebut untuk menggerakkan dana kelolaan.

Badan itu menempatkan investasi di saham dalam dua bentuk, yakni melalui portofolio saham dan penempatan langsung. Penempatan investasi di pasar modal mencatatkan jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan dengan penempatan langsung.

"Portofolio saham itu maksudnya saham yang ada di pasar modal, pembeliannya pasti melalui sekuritas," ujar Utoh kepada Bisnis, Selasa (19/1/2021).

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper