Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Stagnan, Kurs Jisdor Berbalik Menguat ke Rp13.926

Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp13.926 per dolar AS, menguat 19 poin atau 0,13 persen dari posisi Rp13.945 pada Selasa (5/1/2021).
Karyawan menghitung dolar AS di Jakarta, Rabu (18/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menghitung dolar AS di Jakarta, Rabu (18/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Kurs rupiah menguat pada perdagangan Rabu (6/1/2021) berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor)

Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp13.926 per dolar AS, menguat 19 poin atau 0,13 persen dari posisi Rp13.945 pada Selasa (5/1/2021).

Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau stagnan di posisi Rp13.915 per dolar AS.

Di sisi lain, indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap enam mata uang utama lainnya terpantau naik 0,1670 poin atau 0,19 persen ke level 89,603 pada pukul 10.05 WIB.

Sebelumnya, meski sempat mengalami koreksi kemarin, mata uang rupiah diperkirakan bertahan di bawah level Rp14.000 per dolar As pada perdagangan Rabu (6/1/2021).

"Rupiah diprediksi akan dibuka melemah terbatas pada level Rp13.900 hingga Rp13.960," papar Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam laporannya.

Berdasarkan data Bloomberg pada Selasa (5/1/2021), rupiah ditutup terkoreksi 20 poin atau 0,14 persen menjadi Rp13.915 per dolar AS. Penurunan juga terjadi pada indeks dolar AS yang melemah 0,09 menuju 89,79.

Ibrahim mengatakan, pergerakan rupiah kemarin salah satunya dipengaruhi oleh sikap pelaku pasar yang menunggu hasil pemilihan Senator putaran kedua di negara bagian Georgia AS.

“Hasil pemilu tersebut akan menunjukkan kemungkinan langkah-langkah stimulus AS lebih lanjut,” katanya.

Selain itu, nilai rupiah juga dipengaruhi oleh lonjakan kasus positif virus corona munculnya jenis virus corona yang telah bermutasi. Mutasi tersebut membuat Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson kembali memberlakukan kebijakan lockdown.

Pelaku pasar juga tengah menanti hasil risalah pertemuan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) pada hari Rabu. Presiden Cleveland Federal Reserve Bank Loretta Mester mengatakan pada hari Senin bahwa kebijakan moneter akan tetap akomodatif untuk beberapa waktu menjelang rilis.

Sementara itu, dari dalam negeri, pemerintah optimistis pemulihan ekonomi akan terjadi pada tahun ini dan dapat mencapai 5 persen.

Optimisme pemerintah didasari pada sejumlah lembaga internasional yang memprediksi tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 akan berada di kisaran tersebut.

World Bank memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 4,4 persen, IMF memproyeksikan sebesar 6,1 persen,serta ADB memprediksikan 5,3 persen.

Selain itu, kabar distribusi vaksin virus corona yang telah menjangkau seluruh Indonesia juga ikut menjadi salah satu sentimen yang muncul dari dalam negeri.

“Meski demikian, data Internal yang positif tidak mampu mengangkat mata uang rupiah, karena data eksternal yang kurang bersahabat. Arus modal asing pun kembali keluar dari indonesia, sehingga wajar kalau rupiah ditutup melemah,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper