Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inggris Terapkan Lockdown, Rupiah dan Mata Uang Asia Kompak Melemah

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah 20 poin atau 0,14 persen menjadi Rp13.915. Mayoritas mata uang Asia juga melemah.
Karyawan menghitung dolar AS di Jakarta, Rabu (18/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menghitung dolar AS di Jakarta, Rabu (18/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah sentimen negatif eksternal membuat rupiah gagal melanjutkan penguatan pada perdagangan hari ini, Selasa (5/1/2021).

Berdasarkan data Bloomberg pada Selasa (5/1/2021), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah 20 poin atau 0,14 persen menjadi Rp13.915. Penurunan juga terjadi pada indeks dolar AS yang melemah 0,09 menuju 89,79.

Mayoritas mata uang Asia hari ini juga ditutup melemah. Won Korea tercatat memimpin pelemahan dengan koreksi 0,52 persen. Peso Filipina, ringgit Malaysia, baht Thailand, dan rupee India juga terpantau mengalami depresiasi.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam laporannya mengatakan, pergerakan rupiah hari ini salah satunya dipengaruhi oleh sikap pelaku pasar yang menunggu hasil pemilihan Senator putaran kedua di negara bagian Georgia AS.

“Hasil pemilu tersebut akan menunjukkan kemungkinan langkah-langkah stimulus AS lebih lanjut,” katanya.

Selain itu, nilai rupiah juga dipengaruhi oleh lonjakan kasus positif Covid-19 dan munculnya jenis baru  virus corona yang telah bermutasi. Mutasi tersebut membuat Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson kembali memberlakukan kebijakan lockdown.

Pelaku pasar juga tengah menanti hasil risalah pertemuan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) pada hari Rabu. Presiden Cleveland Federal Reserve Bank Loretta Mester mengatakan pada hari Senin bahwa kebijakan moneter akan tetap akomodatif untuk beberapa waktu menjelang rilis.

Sementara itu, dari dalam negeri, pemerintah optimistis pemulihan ekonomi akan terjadi pada tahun ini dan dapat mencapai 5 persen.

Optimisme pemerintah didasari pada sejumlah lembaga internasional yang memprediksi tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 akan berada di kisaran tersebut. World Bank memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 4,4 persen, IMF memproyeksikan sebesar 6,1 persen,serta ADB memprediksikan 5,3 persen.

Selain itu, kabar distribusi vaksin virus corona yang telah menjangkau seluruh Indonesia juga ikut menjadi salah satu sentimen yang muncul dari dalam negeri.

“Meski demikian, data Internal yang positif tidak mampu mengangkat mata uang rupiah, karena data eksternal yang kurang bersahabat. Arus modal asing pun kembali keluar dari indonesia, sehingga wajar kalau rupiah ditutup melemah,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper