Bisnis.com, JAKARTA - PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) menargetkan transaksi perdagangan mencapai 10 juta lot pada 2021.
Direktur Utama BBJ Stephanus Paulus Lumintang menyampaikan pencapaian volume transaksi yang terjadi di tahun 2020 ini memberikan optimisme bagi untuk mendapatkan kinerja yang lebih baik di tahun 2021.
Selain pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan mulai tumbuh positif, secara global ekonomi pun mulai bergerak pasca Covid-19 melanda hampir semua negara di dunia.
Untuk tahun 2021, pihaknya sangat optimis industri perdagangan berjangka komoditas akan tumbuh lebih baik lagi dibandingkan dengan tahun 2020. Selain mempertimbangkan faktor internal dan eksternal yang ada, Bursa Berjangka Jakarta menyiapkan inovasi-inovasi produk berupa kontrak-kontrak baru yang akan memenuhi kebutuhan dan diminati pasar.
"Pada tahun 2021, kami menargetkan volume transaksi bisa mencapai 10 juta lot," paparnya dalam keterangan resmi, Selasa (22/12/2020).
Direktur Utama KBI Fajar Wibhiyadi pun memberikan pernyataan bahwa pada 2021 pihaknya optimistis transaksi di perdagangan berjangka komoditi akan tumbuh positif.
Baca Juga
Tahun depan Indonesia sudah siap dengan pelaksanaan vaksin Covid-19, yang ini tentunya akan memberikan angin segar bagi para pelaku bisnis untuk lebih lincah bergerak setelah di tahun 2020 agak menahan ditengah wabah covid-19 yang ada.
"Dan ini tentunya akan memberikan pengaruh besar terhadap pergerakan ekonomi nasional," imbuhnya.
BBJ atau Jakarta Futures Exchange (JFX) telah memecahkan rekor atas pencapaian transaksi tertinggi dalam sejarah selama 20 tahun beroperasi.
Dalam momen bersejarah ini, JFX telah menorehkan pencapaian transaksi sebanyak 9 juta lot lebih, memecahkan rekor yang pernah dicapai pada tahun 2011 yaitu sebesar 7,58 juta lot dan 2019 yang lalu sebesar 7,94 juta lot.
Sampai dengan pertengahan Desember 2020, total transaksi tercatat sebesar 9,02 juta lot. Pencapaian ini telah melampaui yang ditargetkan yaitu sebesar 8,25 juta lot atau sebesar 9 persen.
Menurut Stephanus, pecahnya rekor transaksi ini tentu sangat menggembirakan dan tentunya sesuatu yang positif bagi Industri Perdagangan Berjangka Komoditi di Indonesia. Ada sejumlah faktor di balik pencapaian rekor transaksi ini.
Dari dalam negeri, adanya Covid-19 yang mengharuskan masyarakat melakukan kegiatan dari rumah, turut mendorong kenaikan transaksi ini, karena memang Bursa Berjangka Jakarta menyiapkan berbagai perangkat dan sistem teknologi untuk mendukung transaksi secara online.
Selain itu, faktor global seperti Pemilu di AS, harga minyak yang pernah menyentuh minus, harga emas yang bergerak naik dan turun cukup drastis, serta semakin meningkatnya pemahaman dank kepercayaan investor dalam negeri untuk berinvestasi di perdagangan berjangka turut menjadi stimulus atas naiknya transaksi di BBJ.