Bisnis.com, JAKARTA — Dana kelolaan industri reksa dana berhasil berbalik naik setelah sempat anjlok pada awal tahun. Sejumlah manajer investasi tetap berhasil mencatat pertumbuhan sedangkan beberapa lainnya tak mencapai target awal.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), akumulasi dana kelolaan seluruh manajer investasi per akhir November 2020 adalah sebesar Rp547,86 triliun. Realisasi ini bertumbuh dibandingkan Nilai Aktiva Bersih (NAB) industri per akhir Desember 2019, yang sebesar Rp542,17 triliun.
Padahal, per Maret 2020, dana kelolaan reksa dana pernah susut hingga Rp471,87 triliun. Ini adalah bulan yang sama di mana pandemi Covid-19 mulai merebak di Indonesia. Pun, posisi ini terendah sejak akhir 2017.
Direktur Utama Mandiri Manajemen Investasi (MMI) Alvin Pattisahusiwa mengatakan tahun ini, realisasi dana kelolaan produk investasi kolektif yang dikelola MMI masih di bawah target yang mereka patok pada awal tahun.
Dia menyebut per akhir November 2020, Asset Under Management (AUM) MMI untuk gabungan produk reksa dana dan produk alternatif investasi ada di sekitar Rp61 triliun. Pada awal 2020, MMI memasang target AUM sebesar Rp66 triliun.
“Sepertinya tidak relevan lagi untuk mencapai target akhir tahun karena sudah tinggal 2 pekan lagi,” kata Alvin kepada Bisnis, Jumat (13/12/2020)
Meskipun demikian, jika dilihat berdasarkan dana kelolaan produk reksa dana saja, berdasarkan data OJK per akhir November 2020, NAB MMI mencapai Rp48,37 triliun. Angka ini masih lebih tinggi dari posisi akhir tahun lalu, yang senilai Rp44,98 triliun.
Diketahui pula, tahun ini, MMI berencana meluncurkan produk alternatif investasi berupa Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) Syariah JSMR dengan underlying asset ruas tol JORR Cilincing-Cikunir. Namun, perilisannya ditunda akibat situasi pandemi.
Terpisah, Direktur Riset dan Kepala Investasi Alternatif Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo menuturkan dana kelolaan reksa dana memang sempat drop pada akhir kuartal I/2020, terseret valuasi aset yang anjlok pada periode tersebut.
Akan tetapi, sejak pertengahan tahun, perlahan pasar mulai membaik dan nilai aset pun sedikit demi sedikit kembali naik. Walhasil, dana kelolaan reksa dana kembali pulih, termasuk NAB reksa dana yang dikelola Bahana TCW.
Bahkan, posisi dana kelolaan Bahana TCW lebih baik dibanding akhir tahun lalu. Tercatat, per akhir November 2020 dana kelolaan reksa dana Bahana TCW ada di posisi Rp45,38 triliun, sedangkan per Desember 2019 sebesar Rp40,96 triliun.
“Sebenarnya waktu itu targetnya tumbuh 10 persen tetapi ada pandemi, target kami hapus. Sebisanya kami bertahan aja. Makin sedikit AUM-nya turun itu udah prestasi, cuma ternyata sekarang lebih baik dari itu,” paparnya kepada Bisnis, Jumat (13/12).
Soni mengungkapkan kontributor terbesar datang dari produk reksa dana pendapatan tetap dan produk reksa dana pasar uang. Pun, transaksi pembelian terbanyak berasal dari agen penjual reksa dana daring.
Direktur Utama PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) Lilis Setiadi juga menyatakan pihaknya tak mencapai target dana kelolaan tahun ini. Namun, dia meyakini kondisi bisa berbalik pada 2021 dan memasang target yang optimistis tahun depan.
“[Pertumbuhan AUM] disumbang dari penambahan dana yang dipercayakan para investor kami dan juga kenaikan dari pasar modalnya sendiri atas dasar perbaikan ekonomi,” ujar Lilis.
Tak Capai Target Awal 2020, AUM Manajer Investasi Tetap Tumbuh Tahun Ini
Per November 2020, akumulasi dana kelolaan seluruh manajer investasi sudah mencapai Rp547,86 triliun. Realisasi ini lebih besar dari pencapaian per akhir Desember 2019, yang senilai Rp542,17 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Dhiany Nadya Utami
Editor : Annisa Margrit
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
13 jam yang lalu
Taruhan Besar di Saham Adaro Minerals (ADMR)
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
53 menit yang lalu
Tren IPO di Indonesia Sepi pada 2024, Bagaimana Proyeksi 2025?
10 jam yang lalu