Bisnis.com, JAKARTA - PT Medco Energi Internasional Tbk., mengkaji peluang untuk membawa entitas anak usaha di bidang kelistrikan, PT Medco Power Indonesia untuk melantai di Bursa Efek Indonesia.
Presiden Direktur Medco Energi Hilmi Panigoro mengatakan bahwa PT Medco Power Indonesia merupakan salah satu kandidat terkuat sebagai anak usaha untuk dapat melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) di bursa.
“Tentunya, kalau hari ini [Medco Power] masih kecil, tapi kalau sudah melewati size tertentu Medco Power menjadi anak usaha yang dicalonkan untuk IPO lainnya,” ujar Hilmi saat acara Media Gathering Medco Energi secara daring, Selasa (8/12/2020).
Adapun, saat ini emiten berkode saham MEDC itu tengah mempersiapkan untuk membawa entitas anak usaha di bidang pertambangan tembaga dan emas PT Amman Mineral Nusa Tenggara (PT AMNT) untuk IPO.
Hilmi menjelaskan bahwa entitas usaha itu tengah mempersiapkan diri sembari menanti waktu yang tepat untuk merealisasikan rencana tersebut.
“Once kondisi market kondusif, baru bisa kami tentukan waktu yang tepat agar Amman bisa IPO,” papar Hilmi.
Baca Juga
Untuk diketahui, PT AMNT mengoperasikan tambang tembaga dan emas Batu Hijau di Sumbawa dan memiliki akses terhadap beberapa prospek eksplorasi dan temuan cadangan yang besar di Elang.
Berdasarkan catatan Bisnis, rencana IPO PT AMNT telah mengemuka sejak lama. Bahkan, sempat beredar kabar bahwa entitas itu mengincar dana segar US$600 juta lewat penawaran umum perdana saham.
Di sisi lain, Direktur Utama Medco Power Indonesia Eka Satria mengatakan bahwa menargetkan dapat meningkatkan kapasitas produksi listrik hingga mencapai 5.000 megawatt (MW) pada 2025.
Adapun, kapasitas produksi listrik Medco Power saat ini baru mencapai 3.500 MW yang masih berfokus gas power dan juga batu bara..
“Pertumbuhan kapasitas menjadi 5.000 MW itu ditargetkan tercapai pada 5 tahun ke depan, bagaimana caranya, mudah-mudahan kalau ada permintaannya bagus, dengan kami berikan yang terbaik untuk konsumen, seperti bersih, terbarukan, dan affordable, saya yakin 5.000 MW itu sangat bisa tercapai,” papar Eka.