Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat signifikan sepanjang perdagangan Senin (7/12/2020) didorong oleh sentimen kedatangan vaksin Covid-19 di Indonesia.
Tercatat, sepanjang perdagangan indeks komposit terus bergerak menanjak dalam rentang 5.854,30—5.941,35. Pada penutupan pasar, IHSG pun mengakhiri lajunya di level 5.930,75 setelah menguat 2,07 persen.
Tercatat, transaksi yang tercatat sepanjang perdagangan mencapai Rp17,32 triliun. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, investor asing membukukan aksi beli bersih dengan nilai Rp432,81 miliar di seluruh pasar. Sementara kapitalisasi pasar di akhir perdagangan tercatat Rp6.920,03 triliun.
Secara sektoral, sektor industri dasar menguat paling tinggi yakni 3,90 persen. Diikuti oleh sektor manufaktur, aneka industri, dan agrikultur yang masing-masing menguat 2,68 persen, 2,46 persen, dan 2,25 persen.
Sejumlah saham yang diborong asing ialah PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dengan net buy Rp315,1 miliar, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) Rp194,2 miliar, dan PT Astra International Tbk. (ASII) Rp162 miliar.
Saham BBCA naik 2,03 persen menuju Rp32.600, saham BBRI naik 2,33 persen ke level Rp4.400, dan saham ASII meningkat 2,63 persen menjadi Rp5.850.
Baca Juga
Sementara saham emiten-emiten farmasi dan distributor alat kesehatan peningkatan signifikan hari ini dan masuk ke dalam jajaran top gainers.
Saham PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) terpantau melejit 880 poin atau 24,79 persen ke level 4430, diikuti oleh saham PT Indofarma Tbk. (INAF) yang juga terbang 840 poin atau 24,78 persen ke level 4280.
Begitu pula saham PT Itama Ranoraya Tbk. (IRRA) yang melambung 285 poin atau 24,68 persen. IRRA sendiri merupakan perusahaan sektor kesehatan yang bergerak di bidang distribusi alat dan persediaan medis.
Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan penguatan IHSG yang cukup signifikan didorong oleh adanya euforia terkait kedatangan 1,2 juta vaksin Covid-19 buatan Sinovac, dari China ke Indonesia pada Minggu (6/12/2020) malam.
Di sisi lain, rilis data cadangan devisa RI per November 2020 sebesar US$133,6 miliar, yang mana angka ini adalah relatif sama dibandingkan periode Oktober 2020 sebesar US$ 133,7 miliar, masih disikapi positif oleh para pelaku pasar.
“Hal ini mengingat bahwasannya bagi perspektif BI, adapun cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” tutur Nafan.