Bisnis.com, JAKARTA - Saham PT GMF Aero Asia Tbk. kembali terbang pada sesi pertama perdagangan hari ini, Rabu (2/12/2020). Kinerja saham yang ciamik ini berbanding terbalik dengan kinerja keuangan yang masih tertekan akibat pandemi Covid-19.
Berdasarkan data Bloomberg, saham anak usaha PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. itu parkir di level 153 atau naik 19,53 persen di sesi pertama. Kemarin, saham GMFI juga diborong investor sehingga melejit 30,61 persen.
Pada sesi pertama, total perdagangan saham GMFI mencapai 561,56 juta lembar dengan nilai transaksi Rp83,46 miliar. Investor asing mencatat net buy untuk saham GMFI sebanyak Rp18,58 miliar.
Kinerja saham GMFI hingga sesi pertama membuat pergerakan emiten bengkel pesawat ini sangat impresif. Dalam sepekan, saham GMFI sudah naik 56,12 persen dengan torehan net buy asing RpRp50,58 miliar.
Saham GMFI melejit setelah menjadi rekomendasi Ustaz Yusuf Mansur. Tempo hari pemilik Paytren itu menyebut penurunan pasar saham menjadi kesempatan investor domestik masuk. Bahkan, dia pun menyarankan investor masuk ke saham badan usaha milik negara (BUMN), seperti GMFI dan WIKA
"Udah sana, beli WIKA, GMFI, dll. Hajar aja. Kita disiplin, Covid-19 ilang, mereka [investor asing] datang lagi, bingung. Ga ada yang bisa dibeli, hehehe," tulisnya di media sosial Instagram, Selasa (1/12/2020).
Baca Juga
Lantas, bagaimana sesungguhnya kinerja GMFI?
Per September 2020, GMFI menderita kerugian hingga US$160,60 juta atau Rp2,2 triliun bila dikonversi ke rupiah. Posisi rugi tersebut berbaik dari laba US$9,40 juta pada September 2019. Sementara itu, pendapatan GMFI juga turun 48,11 persen menjadi US$191,82 juta.
Laporan keuangan GMFI menunjukkan, omzaet repair and overhaul (perbaikan dan perawatan) masih berkontribusi besar terhadap total pendapatan sebesar 69,84 persen atau US$133,98 juta. Nilai tersebut turun 53,73 persen dari realisasi pada akhir kuartal III/2019 senilai US$289,60 juta.
Selanjutnya, pendapatan dari perawatan sebesar US$37,25 juta dan operasi lainnya US$20,59 juta. Keduanya berkontribusi terhadap total pendapatan GMFI masing-masing sebesar 19,41 persen dan 0,10 persen.
Kinerja GMFI tertekan akibat kelesuan di industri penerbangan sejak pandemi virus corona membatasi aktivitas bepergian.
Untuk mengakali tekanan pandemi terhadap industri aviasi, VP Corporate Secretary & Legal Garuda Maintenance Facility Aero Asia Rian Fajar Isnaeni menyampaikan bahwa perseroan juga akan memperkuat layanan jasa maintenance, repair and overhaul (MRO) atau perbaikan dan perawatan di bidang nonaviasi.
“Perseroan secara simultan mengembangkan jasa MRO di bidang aviasi dan non-aviasi sejak sebelum IPO [initial public offering],” tulis Rian dalam keterbukaan informasi.