Bisnis.com, JAKARTA - PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk. mencatatkan kerugian pada periode tahun berjalan yang berakhir 30 September 2020.
Rugi tersebut kontras dengan laba pada periode yang sama tahun lalu. Adapun, bisnis penerbangan sejak awal tahun memang menjadi salah satu yang paling terpukul akibat pandemi Covid-19.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2020, emiten berkode saham GMFI itu melaporkan pendapatan senilai US$191,82 juta atau turun 48,11 persen dibandingkan pencapaian pada periode yang sama tahun lalu US$369,67 juta.
Penyusutan pendapatan dan beban pun membuat GMFI rugi hingga US$160,60 juta, berbalik dari posisi laba US$9,40 juta pada September 2019.
Dilihat dari lini usaha, pendapatan repair and overhaul (perbaikan dan perawatan) masih berkontribusi besar terhadap total pendapatan sebesar 69,84 persen atau US$133,98 juta. Nilai tersebut turun 53,73 persen dari realisasi pada akhir kuartal III/2019 senilai US$289,60 juta.
Selanjutnya, pendapatan dari perawatan sebesar US$37,25 juta dan operasi lainnya US$20,59 juta. Keduanya berkontribusi terhadap total pendapatan GMFI masing-masing sebesar 19,41 persen dan 0,10 persen.
Sebelumnya, untuk mengakali tekanan pandemi terhadap industri aviasi, VP Corporate Secretary & Legal Garuda Maintenance Facility Aero Asia Rian Fajar Isnaeni menyampaikan bahwa perseroan juga akan memperkuat layanan jasa maintenance, repair and overhaul (MRO) atau perbaikan dan perawatan di bidang nonaviasi.
“Perseroan secara simultan mengembangkan jasa MRO di bidang aviasi dan non-aviasi sejak sebelum IPO [initial public offering],” tulis Rian dalam keterbukaan informasi.
Adapun, pengembangan MRO di segmen nonaviasi oleh anak usaha PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. ini merupakan layanan perawatan dan perbaikan (MRO) Industrial Gas Turbine Engine (IGTE).
Rian menjelaskan kegiatan usaha MRO di bidang IGTE mencakup perawatan dan perbaikan generator untuk pembangkit listrik, perbaikan dan instalasi rotor gas turbine, perbaikan motor compressor, motor traksi, dan lain-lain.
Sebagai bentuk diversifikasi bisnis pada masa pandemi ini, Rian menyebut MRO untuk IGTE akan lebih digenjot untuk bisa memberikan kontribusi lebih dari 10 persen terhadap total pendapatan perseroan secara jangka panjang.
Salah satu rencana GMFI untuk mencapai target tersebut adalah dengan mengembangkan kapabilitas dan kapasitas MRO IGTE melalui kerjasama berbagai pihak.
“Di tengah pandemi Covid-19 yang sangat mempengaruhi iklim usaha industri aviasi, perseroan perlu melakukan diversifikasi bisnis dan mengoptimalkan sumber daya pada segmen usaha yang tidak terlalu terdampak oleh pandemi Covid-19 seperti segmen usaha IGTE,” tulis Rian.