Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kurs Jisdor Melemah ke Rp14.222, Rupiah Terdepresiasi di Pasar Spot

Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.222 per dolar AS, melemah 35 poin atau 0,25 persen dari posisi Rp14.187 pada Kamis (12/11/2020).
Karyawati menghitung uang dolar AS di Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawati menghitung uang dolar AS di Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Kurs rupiah kembali melemah pada perdagangan Kamis (12/11/2020) berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor)

Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.222 per dolar AS, melemah 35 poin atau 0,25 persen dari posisi Rp14.187 pada Kamis (12/11/2020).

Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau melemah 17 poin atau 0,12 persen ke level Rp14.187 per dolar AS pada pukul 10.42 WIb.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan enam mata uang utama lainnya terpantau mengaut 0,008 poin atau 0,01 persen ke level 92,971 pada pukul 10.45 WIB.

Sebelumnya, rupiah sempat dibuka rebound dengan penguatan 10 poin atau 0,07 persen ke level Rp14.160 per dolar AS pada awal perdagangan.

Kemarin, nilai tukar rupiah ditutup melemah 85 poin atau 0,6 persen menjadi Rp14.170 per dolar AS. Di saat indeks dolar AS naik 0,06 persen menuju 93,106. Sepanjang pagi ini, rupiah bergerak dalam kisaran Rp14.150-Rp14.197 per dolar AS.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan perkembangan nilai tukar rupiah mulai bergerak stabil, bahkan cenderung menguat.

Dia mengatakan rupiah sempat tertekan hingga mencapai level Rp16.575 per dolar AS pada 23 Maret 2020 di tengah kepanikan akibat wabah Covid-19. Namun, sejak saat itu rupiah menguat signifikan 17,8 persen hingga 9 November 2020.

Penguatan yang terjadi ini, menurut Perry, tidak terlepas dari berbagai kebijakan stabilisasi nilai tukar yang terus dilakukan BI.

Penguatan rupiah juga dipengaruhi oleh stabilitas politik yang terjadi di AS setelah pemilu berlangsung pada November 2020.

BI memandang, nilai tukar rupiah masih berpotensi menguat, didukung dengan inflasi yang rendah dan terkendali, defisit transaksi berjalan yang rendah, daya tarik aset keuangan domestik yang tinggi, dan premi risiko Indonesia yang menurun.

"Kami lihat nilai tukar rupiah masih berpotensi menguat, kami lihat level sekarang secara fundamental masih undervalued," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper