Bisnis.com, JAKARTA – Saham Garuda Indonesia Grup melesat di tengah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melemah pada sesi I perdagangan Kamis (12/11/2020).
Hingga pukul 11.30 WIB, IHSG koreksi 0,59 persen atau 32,37 poin menjadi 5.480,95. Sejumlah 169 saham hijau, 242 saham koreksi, dan 178 saham stagnan.
Kapitalisasi pasar pun tergerus menjadi Rp6.388,75 triliun. Investor asing tercatat masih konsisten masuk dengan net buy Rp145,29 miliar.
Saham Garuda Indonesia Group melesat paling tinggi saat IHSG turun. Saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) melonjak 15,28 persen menuju Rp344, sehingga menjadi top gainers.
anak usaha Garuda Indonesia, yakni PT Garuda Maintenance Facility Tbk. (GMFI) juga terbang 13,25 persen menuju Rp94. Total transaksi saham GIAA senilai Rp218,3 miliar, sedangkan saham GMFI Rp17,8 miliar.
Saham GIAA terpantau menanjak 37,19 persen dalam sepekan terakhir. Hal itu tak lepas dari rencana Menteri BUMN Erick Thohir dalam pembentukan Holding BUMN Pariwisata dan Pendukung.
Baca Juga
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. akan menjadi anak usaha PT Survai Udara Penas (Persero) dalam proses pembentukan holding badan usaha milik negara pariwisata dan pendukung.
Rencana pembentukan holding badan usaha milik negara (BUMN) pariwisata dan pendukung terus bergulir. Komposisi induk dan anggota dari kelompok usaha pelat merah ini merupakan penambahan dari rencana holding BUMN di bidang sarana dan prasarana penerbangan yang sebelumnya direncanakan pada 2019.
Awalnya, holding itu akan beranggotakan PT Angkasa Pura I (Persero), PT Angkasa Pura II (Persero), PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., PT Pelita Air Services, dan PT Survai Udara Penas (Persero) sebagai induk.
Namun, Kementerian BUMN di bawah komando Menteri BUMN Erick Thohir melakukan perubahan terhadap komposisi itu.
Erick mengubah skema penggabungan dari BUMN penerbangan dan pariwisata menjadi BUMN pariwisata dan pendukung. Survai Udara Penas tetap menjadi induk holding.
Adapun, anggota atau sub holding bertambah denga masuknya PT Hotel Indonesia Natour (Persero), dan PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), PT Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (Persero), hingga PT Sarinah (Persero).
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkapkan Survai Udara Penas akan menjadi induk holding. Menurutnya, entitas itu akan menggantikan kepemilikan saham pemerintah di perseroan.
Irfan mengklaim pembentukan holding akan mendorong sinergi yang lebih baik untuk kepentingan seluruh peserta. Kendati demikian, pihaknya belum menjabarkan secara detail bentuk kolaborasi yang akan dijalankan.
“Macam-macam sinergi, memastikan gedein pariwisata,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (9/11/2020).
Irfan baru-baru in mengatakan rencananya holding akan terbentuk pada akhir tahun. Pihaknya optimistis pembentukan akan berdampak positif bagi pariwisata Indonesia.
Berdasarkan catatan Bisnis, ambisi pembentukan holding di sektor penerbangan telah mengemuka sejak 2019. Kementerian BUMN era Rini M. Soemarno saat itu berambisi kelompok usaha itu mampu menjadi pemain di luar negeri.
Salah satu mimpi yang ingin diwujudkan yakni dengan menjadi operator bandara di negara Asia. Kelompok usaha itu dapat mengikuti tender seperti di Filipina dan Thailand.