Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Biden Menang Pilpres AS, Harga Minyak Dunia Berpotensi Mendidih

Harga minyak dunia kembali ke level US$38 per barel setelah presiden terpilih AS, Joe Biden, memasuki periode transisi menuju Gedung Putih meski Donald Trump menolak mengakui kekalahannya dalam pilpres.
Ilustrasi. Kapal tanker pengangkut minyak./Bloomberg
Ilustrasi. Kapal tanker pengangkut minyak./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat dapat menjadi katalis positif untuk penguatan harga minyak dunia. Peluang komoditas ini menutup tahun di kisaran harga US$40 pun masih cukup terbuka.

Dilansir dari Bloomberg pada Senin (9/11/2020), harga minyak dunia kembali ke level US$38 per barel setelah presiden terpilih AS, Joe Biden, memasuki periode transisi menuju Gedung Putih meski Donald Trump menolak mengakui kekalahannya dalam pilpres.

Berdasarkan data dari Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman bulan Desember 2020 terpantau naik 0,93 poin di level US$38,07 per barel pada New York Mercantile Exchange hingga pukul 15.08 waktu Singapura.

Selain itu, harga minyak Brent untuk kontrak bulan Desember 2020 melesat 2,46 persen dan berada di kisaran US$40,42 per barel setelah anjlok 3,6 persen pada sesi perdagangan sebelumnya.

Harga minyak berjangka di New York naik 2,5 persen di tengah euforia kemenangan Biden, yang merupakan kandidat dari Partai Demokrat. Seiring dengan persiapannya menuju Gedung Putih, situasi di lantai Senat AS yang mayoritas masih dipegang oleh Partai Republik dapat mengancam prospek munculnya paket stimulus sebelum Januari 2020.

Investor juga akan menanti dampak kebijakan-kebijakan yang akan dikeluarkan Biden, di antaranya adalah terkait China dan sejumlah negara penghasil minyak seperti Iran dan Venezuela. Kebijakan yang tidak seagresif “America First” seperti yang dilakukan oleh Trump dinilai akan memperbaiki hubungan Negeri Paman Sam dengan negara-negara tersebut.

Senior Commodities Analyst VI Investment Corp, Will Sungchil Yun mengatakan, ekspektasi pasar terhadap kebijakan Biden yang lebih stabil dan akomodatif serta tambahan paket stimulus fiskal diperkirakan akan mendorong penguatan harga minyak dunia.

“Meski demikian, volatilitas harga kemungkinan akan berlangsung dalam jangka waktu yang lebih lama karena sikap Trump yang tidak menerima kekalahannya dan lonjakan kasus virus corona di Eropa,” jelasnya.

Sentimen tersebut juga ditambah dengan angka produksi minyak Libya yang telah menembus 1 juta barel per hari. Angka tersebut semakin menambah kekhawatiran pelaku pasar akan pemulihan permintaan minyak dunia.

Menanggapi sentimen ini, organisasi negara-negara pengekspor minyak serta sejumlah negara sekutu lain atau OPEC+ akan mengkaji ulang rencana penambahan produksi minyak harian yang sebelumnya telah dibahas.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, menghangatnya harga minyak dunia saat ini ditopang oleh terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden AS menggantikan Donald Trump. Para pelaku pasar diyakini optimistis kebijakan yang diambil oleh Biden akan menguntungkan bagi pergerakan harga komoditas, termasuk minyak mentah.

Ibrahim menjelaskan, Biden merupakan sosok yang pro pasar dan akan mengambil langkah yang berlawanan dibandingkan Trump guna mengendalikan harga minyak. Hal tersebut akan membantu upaya OPEC yang tengah berusaha memulihkan tingkat permintaan minyak dunia.

“Pada masa pemerintahan Trump, AS terus melakukan produksi minyak walaupun OPEC sudah mengurangi outputnya dan tingkat permintaan yang rendah karena pandemi virus corona. Kebijakan yang diambil Biden akan menstabilkan dan kemudian mengerek naik harga minyak,” jelasnya.

Selain itu, prospek kejelasan paket stimulus fiskal juga masih dinanti oleh pelaku pasar. Apabila Biden berhasil mengeluarkan paket stimulus tersebut, hal ini akan berimbas pada meningkatnya peredaran uang yang juga berdampak pada permintaan minyak dunia.

Ke depannya, Ibrahim memperkirakan harga minyak masih dapat menguat walaupun terbatas. Harga minyak dunia juga masih berpeluang parkir di kisaran US$40 per barel pada akhir tahun 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper