Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meski Resesi IHSG Lanjut Reli, Saham BHIT Lagi-Lagi Melonjak

Pada pukul pukul 09.00 WIB, IHSG naik 0,63 persen atau 33,33 poin menjadi 5.293,66. Terpantau 183 saham menguat, 29 saham koreksi, dan 126 saham stagnan.
Karyawan beraktivitas di galeri PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Selasa (6/10/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan beraktivitas di galeri PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Selasa (6/10/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) melanjutkan penguatan pada perdagangan Jumat (6/11/2020) di tengah semarak bursa global yang menyambut Pilpres AS 2020.

Pada pukul pukul 09.00 WIB, IHSG naik 0,63 persen atau 33,33 poin menjadi 5.293,66. Terpantau 183 saham menguat, 29 saham koreksi, dan 126 saham stagnan.

Sebelumnya, Indeks harga saham gabungan (IHSG) menutup perdagangan Kamis (5/11/2020) bertengger gagah di level 5.260,32 setelah menguat 3,04 persen.

Saham BBRI dan ASII menjadi incaran utama investor asing dengan net buy masing-masing Rp14,6 miliar dan 5,6 miliar. Adapun, saham PSAB dan BHIT melejit 6,42 persen dan 6,41 persen, sehingga menjadi top gainers pagi ini.

Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang menyampaikan indeks Dow Jones kembali menguat cukup tajam dihari ke 4 sebesar +542.5 (+1.34%) sehingga berpotensi menjadi pendorong penguatan IHSG menuju level 5300 dalam perdagangan Jumat ini.

Di lain pihak, IHSG selama 4 hari mengalami kenaikan sebesar +132.07 poin (+2.6%) seiring sudah resminya Indonesia masuk dalam resesi dan belum jelasnya hasil pilpres di AS.

Lebih lanjut, peluang IHSG berlanjut menguat Jumat ini juga didorong oleh naiknya harga komoditas seperti Coal +1.40%, Nikel +0.99%, Timah +0.19% & CPO +1.81% sehingga berpotensi mendorong naik saham dibawah komoditas tersebut.

"Hari ini IHSG bergerak di rentang 5.215 - 5.300," paparnya.

Direktur Utama MNC Investama Darma Putra menyampaikan pemegang obligasi telah menyetujui exchange offer global bond senilai US$213 juta yang diusulkan oleh perseroan.

Pemegang Obligasi memiliki dua opsi untuk menukarkan obligasi global itu. Pertama, menukar dengan saham baru BHIT dengan nilai tukar 8.267.052 saham per US$100.000 dari jumlah pokok obligasi.

Harga itu setara dengan harga konversi Rp173 per saham dengan menggunakan nilai tukar Rp14.302. Dengan nilai tukar tersebut, maka obligasi senilai US$213 juta setara dengan Rp3,3 triliun.

"Perseroan telah mendapatkan konfirmasi bahwa setidaknya 65 persen pemegang obligasi akan mengkonversi obligasi menjadi saham," papar Darma Putra.

Aksi korporasi ini akan mengurangi utang induk BHIT dari US$231 juta menjadi US$81 juta atau turun 64,5 persen. Sementara ekuitas induk meningkat dari Rp11,6 triliun menjadi Rp13,8 triliun, kenaikan sebesar 18,1 persen.

Opsi kedua, menukar senior notes dengan obligasi baru yang diterbitkan BHIT dengan nilai tukar US$100.000 untuk setiap US$100.000 jumlah pokok Obligasi.

Obligasi baru menawarkan kupon tetap 1 persen per tahun, ditambah dengan kupon variabel dari dividen tunai yang diterima BHIT dari PT Global Mediacom Tbk. dan PT MNC Kapital Indonesia Tbk. Obligasi baru ini memiliki jangka waktu lima tahun.

Perseroan akan mengajukan permohonan pengesahan kepada pengadilan Singapura pada tanggal 10 November 2020 dan diharapkan akan disetujui oleh pengadilan Singapura dan akan menjadi efektif pada pertengahan Desember 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper