Bisnis.com, JAKARTA - PT Barito Pacific Tbk. berhasil memperbaiki kinerja keuangannya pada kuartal III/2020 seiring dengan industri petrokimia yang secara bertahap memulih.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, emiten berkode saham BRPT itu membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$11,29 juta hingga kuartal III/2020.
Emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu itu berhasil berbalik untung dibandingkan dengan pencapaian hingga kuartal II/2020 yang merugi US$8,88 juta. Kendati demikian, kinerja sembilan bulan pertama tahun ini mencatatkan penurunan 9,46 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$12,47 juta.
Direktur Barito Pacific David Kosasih mengatakan bahwa hasil pemulihan kinerja perseroan pada sembilan bulan pertama tahun ini berhasil ditopang oleh sektor petrokimia yang dalam periode Juli hingga September 2020 menunjukkan perbaikan seiring dengan peningkatan kegiatan industri, terutama di China dan NEA.
Pada kuartal III/2020, sektor petrokimia melalui entitas usaha PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) mampu memperoleh EBITDA sebesar US$61 juta dibandingkan dengan perolehan kuartal sebelumnya US$18 juta, atau naik sekitar 238 persen.
“Melihat hasil kinerja keuangan sembilan bulan pertama tahun ini ada perbaikan signifikan. Sudah terlihat sektor petrokimia rebound pada kuartal III/2020. Kami harapkan tren ini berlanjut hingga akhir tahun,” ujar David saat paparan kinerja Barito Pacific Kuartal III/2020 secara daring, Rabu (4/11/2020).
Baca Juga
Adapun, BRPT membukukan pendapatan bersih sebesar US$1,66 miliar hingga September 2020, turun 6 persen secara year on year (yoy) dari US$1,77 miliar pada periode yang sama 2019.
Perolehan itu terdiri atas pendapatan sektor petrokimia sebesar US$1,26 miliar, turun 8,7 persen yoy akibat rata-rata harga penjualan yang lebih rendah meski volume penjualan naik.
Adapun, pendapatan sektor energi sumber daya sebesar US$393,97 juta, naik 4,2 persen yoy akibat produksi listrik dan uap yang lebih tinggi daripada pemadaman yang direncanakan atau tidak.
Di sisi lain, Direktur Utama Barito Pacific Agus Pangestu mengatakan bahwa di tengah tantangan bisnis akibat pandemi Covid-19, perseroan berhasil menyelesaikan pembangunan pabrik MTBE dan Butene-1, yang pertama di Indonesia, dengan anggaran dan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
“Penyelesaian kedua pabrik tersebut menambahkan total kapasitas produksi TPIA menjadi 4,2MTA dan menandai suksesnya pelaksanaan dan penyelesaian Master Plan Integration TPIA tahun 2015-2020,” papar Agus.
Selain itu, perseroan juga telah merampungkan proyek Enclosed Ground Flare yang akan membantu mengurangi potensi dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan operasional petrokimia perseroan.
Kemudian, Agus menjelaskan bahwa usaha panas bumi perseroan melalui Star Energy akan terus memberikan tingkat pendapatan dan EBITDA yang stabil serta tren peningkatan keuntungan bersih sejalan dengan menurunnya pengeluaran untuk pembayaran bunga pinjaman dari waktu ke waktu.
“Lebih lanjut, terlepas dari tekanan yang dialami akibat pandemi Covid-19, ketiga aset milik Star Energy yang beroperasi, yaitu Wayang Windu, Salak dan Darajat berhasil mempertahankan tingkat kapasitas lebih dari 90 persen,” papar Agus.
Adapun, BRPT telah menyerap belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar US$120 juta yang sebagian besar dialokasikan untuk penyelesaian pembangunan dua pabrik dan pengeluaran reguler.