Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah ditutup koreksi tipis bersama mayoritas mata uang Asia lainnya seiring dengan penguatan dolar AS menjelang Pilpres AS pada Selasa (3/11/2020).
Pada penutupan perdagangan Senin (2/11/2020), nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 15 poin atau 0,1 persen ke level Rp14.640 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,117 poin atau 0,12 persen ke level 94,155 pada pukul 14.48 WIB.
Adapun, data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.718 per dolar AS, melemah 28 poin atau 0,19 persen dari posisi Rp14.690 pada Selasa (27/9/2020).
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan pergerakan rupiah memang sangat dipengaruhi oleh sentimen global. Menurutnya, saat ini investor global masih menunggu hasil pemilu presiden Amerika Serikat.
“Saya kira rupiah akan terdorong menguat apabila pemilu Amerika Serikat berjalan lancar tanpa ada konflik dispute terkait siapa yang jadi pemegang, utamanya lagi kalau Joe Biden yang menang,” terangnya kepada Bisnis, Minggu (1/11/2020).
Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal ketiga terkoreksi 3 persen dibandingkan dengan triwulan ketiga tahun lalu. Salah satu penyebabnya adalah konsumsi rumah tangga yang lebih kurang minus 4 persen pada periode yang sama.
Dengan demikian Indonesia telah dua kali mencatat pertumbuhan ekonomi terkoreksi negatif. Pada kuartal II, Badan Pusat Statistik menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 5,32 persen.
Kendati demikian Presiden Jokowi mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga dalam tren positif, karena lebih baik dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya. Selain itu Presiden juga mengklaim kondisi Indonesia lebih baik dibandingkan dengan negara lain.
Membaiknya perekonomian juga tergambar dari data inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) Oktober mengalami inflasi, setelah tiga bulan berturut-turut dilanda deflasi akibat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan pelemahan daya beli seiring penurunan pendapatan masyarakat.
Inflasi Oktober tercatat sebesar 0,07 persen (month to month/mtm) dan 1,44 persen (year on year/yoy). Adapun secara tahun kalender, inflasi mencapai 0,95 persen (year to date/ytd).
Kepala BPS Suhariyanto menuturkan pada Oktober 2020, perkembangan harga berbagai komoditas secara umum menunjukkan adanya kenaikan.
"Oktober ini mengalami inflasi meskipun tipis 0,07 persen dan di sana inflasi umumnya 1,44 persen, sedikit meningkat dari September," ujarnya, Senin (2/11/2020).
Tabel Kinerja Mata Uang Asia Senin (2/11/2020)
Mata Uang | Nilai | Perubahan | Perubahan (%) |
---|---|---|---|
USD-JPY | 104.9100 | 0.2500 | |
EUR-JPY | 122.0000 | 0.0700 | |
HKD-JPY | 13.5314 | 0.0348 | |
USD-HKD | 7.7537 | 0.0015 | |
USD-SGD | 1.3674 | 0.0010 | |
AUD-JPY | 73.3850 | -0.1720 | |
AUD-USD | 0.6996 | -0.0032 | |
NZD-USD | 0.6590 | -0.0025 | |
USD-TWD | 28.5590 | -0.0240 | |
USD-KRW | 1,133.8200 | -0.9400 | |
USD-PHP | 48.4660 | 0.0610 | |
USD-IDR | 14,640.0000 | 15.0000 | |
USD-INR | 74.4263 | 0.3163 | |
USD-CNY | 6.7004 | 0.0089 | |
USD-MYR | 4.1603 | 0.0045 | |
USD-THB | 31.1800 | 0.0200 |