Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah analis memiliki penilaian berbeda terhadap prospek saham dalam sektor konsumer, di tengah putusan tarif yang diterapkan AS terhadap Indonesia.
Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia, misalnya, menilai bahwa penerapan tarif resiprokal AS terhadap Indonesia berpotensi berdampak negatif terhadap kinerja saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) dan PT Mayora Indah Tbk. (MYOR).
Dalam risetnya yang berjudul “Tarif Trump 32%: Strategi Indonesia Hadapi Proteksionisme AS”, Liza menerangkan bahwa baik ICBP maupun MYOR memiliki eksposur ekspor ke pasar AS sebesar masing-masing sekitar 15% dan 20%.
Terhadap Mayora, dampaknya bisa memberikan tekanan terhadap net margin perseroan sebesar 5–10%. Sementara itu, terhadap ICBP, Liza menilai bahwa penurunan volume ekspor bakal terjadi akibat tarif.
“Produk mass market seperti Indomie sangat sensitif harga. Tarif berisiko menurunkan volume penjualan ICBP,” kata Liza dalam risetnya yang dipublikasi Selasa (8/7/2025).
Sebaliknya, Retail Equity Analyst Indo Premier Sekuritas, Indri Liftiany justru menilai bahwa baik ICBP maupun MYOR tidak bakal terdampak secara signifikan terhadap kehadiran tarif AS.
Baca Juga
Pasalnya, baik ICBP maupun MYOR dinilai tidak memiliki eksposur terhadap pasar AS secara dominan. Melansir laporan keuangan ICBP 2024, penjualan ICBP masih didominasi oleh pasar dalam negeri.
Sisanya, pasar Timur Tengah dan Afrika menghasilkan penjualan sebesar Rp17,35 triliun, pasar Asia menghasilkan penjualan sebesar Rp2,09 triliun, dan hanya Rp3,11 triliun atau setara dengan 4,29% dari pasar lainnya.
Begitu juga dengan penjualan MYOR yang didominasi oleh penjualan dalam negeri dan Asia. Sisanya, sekitar 3,2% penjualan MYOR dikontribusikan oleh pasar lainnya di luar Asia dan dalam negeri.
“Sehingga tidak ada pengaruh signifikan terhadap penjualan kedua emiten tersebut,” kata Indri saat dihubungi, Jumat (11/7/2025).
Meskipun begitu, rencana Indonesia mengimpor gandum dari AS bakal menjadi tantangan selanjutnya bagi dua emiten ini. Hal ini dinilai bakal mengganggu kinerja perseroan.
Adapun Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) berencana melanjutkan impor gandum Amerika Serikat (AS) sebanyak 1 juta metrik ton dalam lima tahun ke depan hingga 2030.
Direktur Eksekutif Aptindo Ratna Sari Loppies mengatakan kerja sama tersebut tetap berlangsung karena telah rutin dilakukan, meskipun semula peningkatan impor gandum menjadi salah satu negosiasi dari RI ke AS untuk menurunkan tarif resiprokal 32%.
“Kita sudah ada MoU dengan US Wheat Associates untuk kita menyerap gandum dia 1 juta metrik ton per tahun dari 2026-2030 dengan nilai US$250 juta per tahun,” kata Ratna, Kamis (10/7/2025).
Indri menilai bahwa rencana ini berpotensi menekan sisi bottom line MYOR dan ICBP. Selain itu, impor gandum akan membuat biaya perusahaan meningkat ke depannya.
Meskipun begitu, Indri tetap percaya bahwa baik rencana impor gandum maupun penerapan tarif AS tidak akan berdampak signifikan terhadap kinerja kedua emiten.
Indri merekomendasikan buy terhadap saham MYOR dengan target harga Rp2.290 dan stop loss pada Rp2.080.
Selain itu, dalam konsensus Bloomberg, sebanyak 32 analis merekomendasikan buy terhadap saham ICBP, tanpa ada analis merekomendasikan holds atau sells. Adapun target harga yang ditetapkan selama 12 bulan ke depan adalah Rp14.068 per lembar saham.
Begitu pula terhadap saham MYOR. Dari 24 analis, 22 merekomendasikan buy dan hanya 2 analis merekomendasikan holds untuk saham ini. Adapun target harga selama 12 bulan terhadap kedua saham adalah Rp2.757,25 per lembar saham.
“Jika dilihat dari bisnis usaha ICBP dan MYOR, saya meyakini bahwa penjualan perusahaan masih akan tetap sama mengingat memang produk dari kedua emiten ini sangat kuat dan erat di seluruh lapisan masyarakat,” tutupnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.