Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah kembali ditutup menguat pada perdagangan Kamis (10/7/2025) ke level Rp16.225 per dolar AS. Mata uang rupiah ditutup menguat bersama sejumlah mata uang Asia lainnya.
Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 33,5 poin atau 0,21% ke Rp16.224 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,14% ke 97,41.
Sejumlah mata uang di Asia ditutup bervariasi sore ini. Yen Jepang naik 0,03%, dolar Hong Kong stagnan, dolar Singapura naik 0,09%, dan won Korea Selatan naik 0,23% sore ini.
Kemudian, dolar Taiwan melemah 0,31%, peso Filipina menguat 0,19%, rupee India menguat 0,06%, yuan China menguat 0,05%, ringgit Malaysia melemah 0,04%, dan baht Thailand menguat 0,34%.
Pengamat Mata Uang dan Komoditas Ibrahim Assuaibi menjelaskan risalah rapat Federal Reserve bulan Juni mengungkapkan bahwa sebagian besar pejabat memperkirakan penurunan suku bunga akan terjadi akhir tahun ini, dengan alasan tekanan inflasi yang sudah mereda dan potensi pelemahan ekonomi dan pasar tenaga kerja.
Beberapa anggota Fed mendukung kemungkinan penurunan suku bunga pada pertemuan berikutnya, sementara yang lain tidak melihat perlunya perubahan kebijakan pada tahun 2025.
Baca Juga
“Para pembuat kebijakan umumnya memandang inflasi terkait tarif cenderung bersifat sementara atau terbatas dan mencatat bahwa ekspektasi inflasi tetap terjaga dengan baik,” ujar Ibrahim, Kamis (10/7/2025).
Sementara itu, Presiden Trump pada hari Rabu mengumumkan tarif 50% untuk impor tembaga, efektif 1 Agustus 2025, dengan klaim bahwa langkah tersebut bertujuan untuk mendorong industri tembaga dalam negeri. Sebelumnya, pada hari Rabu, ia juga mengumumkan bahwa tarif timbal balik untuk Brasil akan naik menjadi 50% dari 10%.
Dari dalam negeri, pasar merespons positif terhadap pemerintah, meski belum mendapat kesepakatan baru. Pemerintah memastikan proses negosiasi dengan Amerika Serikat terkait tarif dagang sebesar 32% masih terus berjalan. Bahkan komunikasi kedua belah pihak terus dibangun agar mendapatkan win-win solution.
Sejak tarif dasar 32% diberlakukan atas sejumlah produk ekspor Indonesia setelah keanggotaan di BRICS, pemerintah aktif menyusun skema untuk meredam dampaknya, termasuk dengan opsi deregulasi hingga peningkatan impor dari AS. Namun, hingga kini belum ada sinyal perubahan dari Washington.
Sebelumnya, Donald Trump mengumumkan bahwa Indonesia akan tetap dikenakan tarif resiprokal sebesar 32%. Penerapan tarif baru ini akan berlaku mulai 1 Agustus 2025. Alasan Trump tidak menurunkan besaran tarif ke Indonesia, karena AS dan Indonesia tidak memiliki hubungan timbal balik perdagangan yang baik selama Ini.
Adapun Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif, tetapi ditutup melemah pada rentang Rp16.220-Rp16.270 per dolar AS.