Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mereka yang Untung dan Buntung Usai IPO

Delapan emiten IPO di BEI 8–10 Juli 2025, mayoritas sahamnya naik tajam. Hanya PMUI yang anjlok 15% menyentuh ARB.
Fahmi Ahmad Burhan,I Putu Gede Rama Paramahamsa
Jumat, 11 Juli 2025 | 06:00
Karyawan melihat layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (3/12/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melihat layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (3/12/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Delapan emiten baru resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang periode 8 hingga 10 Juli 2025. Mayoritas mencatat kinerja cemerlang pada hari pertama perdagangan. Hanya satu emiten yang terjerembab di zona merah dan terkena auto rejection bawah (ARB).

Pada Selasa (8/7/2025), dua emiten membuka parade IPO pekan ini yaitu PT Pancaran Samudera Transport Tbk. (PSAT) dan PT Asia Pramulia Tbk. (ASPR). Kedua saham tersebut langsung mencetak lonjakan signifikan hingga menyentuh auto rejection atas (ARA) di hari pertama perdagangan.

Saham PSAT ditutup naik 25% atau 226 poin ke level Rp1.125. Saham ASPR juga melonjak 32,26% atau 40 poin ke harga Rp164.

ASPR, emiten kemasan plastik, menetapkan harga IPO sebesar Rp124 per saham. Dengan melepas 812 juta saham atau 29,94% dari modal disetor penuh, ASPR mengantongi dana segar Rp100,68 miliar.

Sementara itu, PSAT—perusahaan angkutan laut domestik—mematok harga IPO Rp900 per saham dan melepas 222,35 juta saham. Total dana hasil IPO yang dikumpulkan mencapai Rp200,1 miliar.

Rabu (9/7/2025), giliran dua emiten baru lainnya mencatatkan saham di BEI, yakni PT Indokripto Koin Semesta Tbk. (COIN) dan PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA). Sama seperti pendahulunya, saham COIN dan CDIA langsung melesat menyentuh ARA.

Saham COIN melonjak 34,81% ke level Rp135, sementara CDIA terbang 34,74% ke level Rp256, dari harga IPO Rp190.

COIN, induk usaha dari Bursa Berjangka dan Bursa Aset Kripto PT Central Finansial X (CFX), menawarkan 2,2 miliar saham dengan harga IPO Rp100, menghasilkan dana Rp220,58 miliar.

CDIA, anak usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) milik konglomerat Prajogo Pangestu, mematok harga IPO di batas atas Rp190 dan meraup dana hingga Rp2,37 triliun.

Puncak IPO terjadi pada Kamis (10/7/2025), saat empat perusahaan sekaligus resmi tercatat di BEI: PT Merry Riana Edukasi Tbk. (MERI), PT Trimitra Trans Persada Tbk. (BLOG), PT Diastika Biotekindo Tbk. (CHEK), dan PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk. (PMUI).

MERI melepas 235,13 juta saham dengan harga Rp128 per saham dan berpotensi menghimpun dana Rp30,09 miliar.

CHEK, distributor alat kesehatan yang terafiliasi dengan PT UBC Medical Indonesia Tbk. (LABS), menerbitkan 815 juta saham dengan harga sama, Rp128, sehingga potensi dananya mencapai Rp104,32 miliar.

Sementara itu, BLOG—perusahaan logistik milik grup Djoko Susanto—menetapkan harga IPO Rp250 dan meraih dana Rp140,81 miliar dari penerbitan 563,25 juta saham.

Adapun PMUI menawarkan 1,16 miliar saham dengan harga Rp180, dan mengantongi dana IPO sebesar Rp208,8 miliar. PMUI merupakan induk dari PT Graha Prima Mentari Tbk. (GRPM), yang lebih dulu melantai pada 10 Juli 2023.

Saham PMUI Terjun Bebas

Pada penutupan perdagangan Kamis (10/7/2025), saham MERI, CHEK, dan BLOG kompak melesat. Ketiganya menyentuh batas ARA: MERI dan CHEK naik 34,38% ke Rp172, sementara BLOG menanjak 24,80% ke Rp312.

Sebaliknya, saham PMUI anjlok 15% ke Rp153 dan langsung terkena ARB, menjadikannya satu-satunya saham IPO minggu ini yang merosot ke zona merah.

Saat ditemui usai seremoni pencatatan, Direktur Utama PMUI, Agus Susanto, berkelakar, “Fokus ke harga saya aja tuh. Hijau tiga, merah satu. Sudah kayak pohon Natal,” ujarnya kepada media di Gedung BEI, Kamis (10/7/2025).

Agus menegaskan tidak ikut campur dalam pergerakan harga saham PMUI, karena semuanya diserahkan ke mekanisme pasar. Meski begitu, ia mengakui adanya sentimen negatif terkait alokasi dana hasil IPO.

Dari total dana Rp208,8 miliar, sekitar 26,76% akan digunakan untuk membeli properti di Jalan Tuparev No.87A, Cirebon, yang disebut Agus sebagai aset kantor perusahaan.

“Ada yang mengatakan saya pakai uang IPO untuk beli rumah pribadi. Padahal itu kan kantor dan tadi juga sudah saya jelaskan tujuannya sebagai aset perusahaan,” jelasnya.

Sisanya, 29,73% digunakan untuk memberikan pinjaman kepada GRPM dengan suku bunga 9% dan tenor 5 tahun. Dana pinjaman itu akan digunakan untuk pembangunan pabrik AMDK, pembelian tanah bersumber air, pelunasan utang, dan modal kerja.

Pencatatan saham perdana PMUI di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga sempat diramikan kabar dugaan kegagalan underwriter dalam menyerap saham sesuai dengan kontrak.

Komisaris Independen PMUI Theo Lekatompessy menuturkan perusahaan telah menyelesaikan seluruh kewajiban administratif dan regulasi. Namun, distribusi saham justru mengalami hambatan saat memasuki tahap penjualan.

“Karena tidak bisa jualan akhirnya tidak memenuhi target atau ketentuan dan karena tidak memenuhi ketentuan, ya terpaksa tidak dikasih untuk perusahaan listing,” ujar Theo saat dihubungi, Rabu (9/7/2025) malam.

Dia menjelaskan bahwa kegagalan itu terjadi karena hanya sekitar 25% saham atau 290 juta lembar yang diserap pasar. PMUI diketahui menawarkan sebanyak 1,16 miliar saham kepada publik dengan harga penawaran sebesar Rp180 per saham.

Padahal, lanjutnya, PMUI telah meneken kontrak penjaminan emisi dengan skema full commitment. Artinya, underwriter berkewajiban menyerap seluruh saham sisanya.

“Jadi, kami kontraknya full commitment sehingga sebetulnya bukan urusan kami. Mau laku tidak laku, dia [underwriter] ambil sendiri. Nah, masalahnya dia gagal penuhi janji. Jadi dia enggak boleh bilang gagal jualan karena full commitment,” kata Theo.

Theo menambahkan bahwa pihak underwriter akhirnya menyatakan tidak sanggup melanjutkan. Sementara itu, BEI sudah menjadwalkan pencatatan saham.

Dalam kondisi tersebut, pengendali PMUI terpaksa mengambil alih penyerapan agar proses pencatatan saham perdana tetap bisa berlangsung pada Kamis (10/7/2025).

“Akhirnya kami putuskan kalau memang tidak sanggup diambil alih karena tidak mungkin mau ganti [underwriter] jelang listing. Ya akhirnya, kalau bahasa kasarnya, kami harus ‘cuci brankas’ untuk menalangi,” pungkas Theo. 

Setelah seluruh dokumen dan syarat administrasi dilengkapi oleh pihak emiten, BEI akhirnya memberikan lampu hijau agar proses pencatatan tetap bisa dilanjutkan.

No Nama Perusahaan Kode Saham Harga IPO Harga Penutupan Hari Pertama % Perubahan Harga
1 Pancaran Samudera Transport Tbk. PSAT Rp900 Rp1.125 +25,00%
2 Asia Pramulia Tbk. ASPR Rp124 Rp164 +32,26%
3 Indokripto Koin Semesta Tbk. COIN Rp100 Rp135 +34,81%
4 Chandra Daya Investasi Tbk. CDIA Rp190 Rp256 +34,74%
5 Merry Riana Edukasi Tbk. MERI Rp128 Rp172 +34,38%
6 Diastika Biotekindo Tbk. CHEK Rp128 Rp172 +34,38%
7 Trimitra Trans Persada Tbk. BLOG Rp250 Rp312 +24,80%
8 Prima Multi Usaha Indonesia Tbk. PMUI Rp180 Rp153 −15,00% (ARB)

Prospek IPO 2025

Prospek pencatatan perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) diperkirakan akan menantang pada 2025 seiring memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Capital Market Analyst PT Bahana TCW Investment Management Faradilla Meyriska mengatakan adanya tekanan dari global membuat investor lebih melirik aset tanpa risiko (risk off).

"Mungkin kami melihatnya prospek IPO itu agak berat [pada tahun ini], karena memang preferensi investor itu lebih ke risk off," katanya kepada Bisnis, beberapa Waktu lalu.

Menurutnya, preferensi dari investor saat ini lebih ke aset risk off atau aset yang lebih aman, seperti deposito, pasar uang, ataupun surat utang.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa preferensi untuk IPO akan lebih sedikit dari sisi investor. Investor akan lebih melihat saham-saham yang memang sudah ada.

"Karena kami melihat secara historikal seperti apa perusahaan itu dapat bertahan, seperti saat ada Covid yang tidak jauh dari sekarang yaitu 5 tahun yang lalu," ujarnya.

Faradilla melihat perang dagang global yang terjadi saat ini membuat ketidakpastian cukup tinggi dan menekan pasar, sehingga semuanya harus menghitung ulang proyeksinya.

Dia mengatakan bahwa tarif dagang sampai saat ini belum ada kesepakatan, yang kemungkinan bisa jadi satu skenario dengan tarif itu tetap ada, tapi tidak setinggi sekarang.

"Itu pasti akan berdampak ke tatanan perekonomian, terutama di Indonesia," tambahnya.

Menurutnya, perang dagang tersebut juga menguji kepada setiap negara, untuk kembali melihat ke tatanan perekonomian negaranya.

_______

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper