Bisnis.com, JAKARTA – Saham emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) diperkirakan bisa rebound setelah terseok-seok sejak awal tahun.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham GOTO tergerus 14,28% sejak awal tahun (year-to-date/ytd) ke level Rp60 hingga Kamis (10/7/2025).
Analis melihat ada peluang saham GOTO untuk bergerak ke atas ditopang oleh upaya perseroan mencapai profitabilitas berkelanjutan dan prospek cerah dari lini bisnis fintech.
JPMorgan Chase & Co. dan Aletheia Capital menyebut tekanan saham GOTO dalam periode tahun berjalan belum mencerminkan perbaikan kinerja keuangan perusahaan.
SGMC Capital juga melihat disiplin finansial serta program pembelian kembali saham (buyback) GOTO menunjukkan ada potensi revaluasi saham ke arah yang lebih positif.
"Secara operasional, perusahaan berada dalam kondisi yang solid," kata Kepala Riset Konsumen dan Internet di Aletheia Capital, Singapura, Nirgunan Tiruchelvam, dikutip Bloomberg pada Jumat (11/7/2025).
Dia menegaskan GOTO telah mengambil langkah-langkah yang tepat, namun pasar tampaknya justru memberikan penalti terhadap saham ini.
Adapun, saham GOTO sempat melonjak setelah melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) pada 2022, tapi kemudian anjlok hampir 90% hingga titik terendahnya pada 2024.
Dengan kinerja saham yang sudah turun 14,28% ini, GOTO menjadi perusahaan teknologi dengan kinerja terburuk dalam Indeks MSCI ASEAN dan kehilangan kapitalisasi pasar sebesar US$2,2 miliar.
GOTO merupakan perusahaan merger antara layanan panggilan ojek dan pengiriman makanan milik Gojek dengan platform e-commerce Tokopedia pada 2021.
Berdasarkan laporan keuangan, GoTo mencatatkan laba kuartalan ketiga berturut-turut seiring dengan pemangkasan biaya dan peningkatan penjualan.
Laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) yang disesuaikan meningkat menjadi Rp393 miliar, dari sebelumnya rugi pro forma sebesar Rp101 miliar setahun sebelumnya. Pendapatan bersih juga melonjak 37%.
Salah satu pendorong utama perbaikan ini adalah lini bisnis fintech GoTo. Pendapatan dari unit dompet digital dan layanan pinjaman meningkat 90% secara tahunan pada kuartal terakhir, dengan jumlah pengguna aktif bulanan melampaui 20 juta.
Mitra senior SGMC Capital di Singapura Mohit Mirpuri menyebut skala dan arah pertumbuhan fintech GOTO baru saja dimulai, melihat data tersebut.
"Momentum ini berpotensi menyamai pesaingnya seperti SEA Ltd. dan Grab Holdings Ltd. GoTo bisa jadi adalah 'kuda hitam' dalam persaingan fintech Asia Tenggara," kata Mirpuri.
Adapun, tahun ini kembali GOTO dirumorkan bakal merger dengan Grab. Sentimen ini turut menjadi faktor utama penopang saham GOTO.
Kepala Riset Indonesia di JPMorgan Henry Wibowo berpendapat harga saham GoTo saat ini tampaknya mencerminkan asumsi bahwa merger tidak akan terjadi, serta mengabaikan pemulihan profitabilitas yang sedang berlangsung
"Harga saham GoTo saat ini menarik, dan penurunan terbaru merupakan peluang beli yang baik," kata Henry.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.