Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Usai Libur Panjang, Kurs Jisdor Melemah ke Rp14.718

Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.718 per dolar AS, melemah 28 poin atau 0,19 persen dari posisi Rp14.690 pada Selasa (27/9/2020).
Karyawati menghitung uang dolar AS di Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawati menghitung uang dolar AS di Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Kurs rupiah menyentuh level Rp14.718 per dolar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, Senin (2/11/2020).

Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.718 per dolar AS, melemah 28 poin atau 0,19 persen dari posisi Rp14.690 pada Selasa (27/9/2020).

Sementara itu, bedasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau melemah 47 poin atau 0,32 persen ke level Rp14.672 per dolar AS pada pukul 10.37 WIB, setelah dibuka di posisi Rp14.650 per dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar yang melacak pergerakan greenback terhadap enam mata uang utama lainnya terpantau menguat 0,032 poin atau 0,03 persen ke level 94,07 pada pukul 10.24 WIB.

Tim riset Monex Investindo Futures mengatakan kinerja dolar berpotensi menguat atau stabil setelah Mitch McConnel, ketua dari partai mayoritas senat AS telah menyatakan akan menunda semua kegiatan senat hingga 9 November 2020, atau setelah keputusan final hasil pemilu AS yang berlangsung tanggal 3 November mendatang. 

"Pernyataan Mitch ini sempat memicu respon bahwa keputusan stimulus bantuan Korona tidak akan dicapai sebelum pemilu, seperti yang sudah dijanjikan juru bicara partai demokrat, Nancy Pelosi, bahwa dia optimis kesepakatan akan dicapai sebelum pemilu AS," terang tim riset, Jumat (27/10/2020). 

Di tengah pudarnya harapan stimulus dalam waktu dekat, dolar AS berpotensi stabil atau bahkan menguat sehingga dapat menekan harga emas dan mata utama lainnya melemah. 

Laporan data ekonomi AS dan terus meningkatnya jumlah penderita kasus Covid-19 di AS juga menjadi peluang penggerak sentimen dolar AS. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper