Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan batu bara, PT Bumi Resources Tbk., tetap mempertahankan target dan panduan perseroan kendati kinerja hingga kuartal III/2020 tidak begitu memuaskan.
Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Bumi Resources Dileep Srivastava mengatakan bahwa perseroan akan tetap mempertahankan target dan panduan yang telah ditetapkan pada awal tahun.
Padahal, per September 2020, perseroan membukukan rugi yang diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$137,25 juta atau sekitar Rp2,01 triliun (Kurs Rp14.690). Pencapaian tersebut kontras dengan kinerja tahun lalu yang masih bisa mencetak laba US$76,07 juta.
“Panduan untuk setahun penuh 2020 kami tidak berubah, produksi tetap di kisaran atas 85 juta ton dengan estimasi harga batu bara US$46 juta ton,” ujar Dileep kepada Bisnis, Jumat (30/10/2020).
Dileep optimistis pasar batu bara akan membaik seiring dengan kembalinya harga batu bara newcastle ke atas level US$60 per ton dalam beberapa perdagangan terakhir.
Dengan demikian, dia mengestimasi rata-rata harga sepanjang kuartal IV/2020 berpotensi di kisaran US$59 per ton. Selanjutnya untuk 2021 di kisaran US$63 per ton dan untuk 2022 di kisaran US$66 per ton.
Baca Juga
Dileep menjelaskan bahwa pelemahan harga batu bara masih menjadi faktor utama perseroan membukukan rugi bersih per September 2020.
Realisasi harga batu bara pada sembilan bulan pertama tahun ini telah terkoreksi 11 persen dibandingkan dengan realisasi posisi September 2019
Padahal, cost of goods sales (COGS) BUMI pada kuartal III/2020 telah ditekan hingga 12,4 persen menjadi sebesar US$2,46 juta daripada US$2,81 juta pada September 2019.
Selain itu, biaya operasional pun telah dipangkas hingga 12 persen ke US$149 juta dari posisi US$169 juta pada periode yang sama tahun lalu.
“Namun, perseroan juga mencatatkan 5 persen volume penjualan yang lebih rendah daripada periode yang sama tahun lalu dan beban bunga serta keuangan yang lebih tinggi,” ujar Dileep kepada Bisnis, Jumat (30/10/2020).
Adapun, hingga September 2020 BUMI mencatatkan volume penjualan sebesar 60 juta ton, turun 5 persen daripada pencapaian hingga September 2019 sebesar 63 juta ton.
Sejalan dengan itu, BUMI membukukan penurunan pendapatan hingga US$587,8 juta, turun 21,8 persen dari posisi US$751,85 juta pada September 2019.
Dileep menjelaskan bahwa pelemahan kinerja itu seiring dengan kondisi industri batu bara secara keseluruhan yang tengah dalam tekanan.
Untuk kinerja produksi, BUMI juga mencatatkan penurunan volume produksi sebesar 3 persen secara year on year (yoy) menjadi 61 juta ton hingga September 2020. Pada periode yang sama tahun lalu, BUMI membukukan volume produksi hingga 63 juta ton.