Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak bergerak stabil menuju titik terendahnya dalam tiga pekan seiring dengan muramnya prospek stimulus dari AS serta kenaikan produksi harian di Libya.
Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (27/10/2020), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman bulan Desember 2020 terpantau naik 16 sen di level US$38,69 per barel pada New York Mercantile Exchange hingga pukul 08.13 waktu Singapura.
Selain itu, harga minyak Brent untuk kontrak bulan Desember 2020 naik 0,3 persen dan berada di kisaran US$40,57 per barel setelah anjlok 3,1 persen pada sesi perdagangan sebelumnya.
Harga minyak berjangka di New York naik 0,3 persen setelah turun dibawah level US$39 per barel seiring dengan pembukaan ladang minyak terbesar di Libya. Pembukaan tersebut akan meningkatkan angka produksi harian minyak Libya menjadi 1 juta barel per hari
Penambahan produksi harian ini juga menambah masalah yang dihadapi OPEC yang berencana untuk menambah produksi minyak dunia harian mulai Januari mendatang. Libya telah mengangkat status force majeure dari ladang minyak El Feel pada Senin lalu setelah meningkatkan output harian menjadi 690 ribu barel per hari dari 100 ribu barel per hari pada September lalu.
Sementara itu, kejelasan paket stimulus AS dapat tercapai sebelum pemilu presiden pada 3 November mendatang semakin suram. Partai Demokrat dan Partai Republikan saling tuduh terkait keengganan masing-masing pihak untuk menyepakati kebijakan stimulus tersebut dalam sebuah wawancara.
Baca Juga
Kekhawatiran terhadap prospek pemulihan permintaan minyak dunia kian membesar setelah terjadinya lonjakan kasus positif virus corona di AS dan Eropa.
Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan kondisi terburuk telah dilewati oleh pasar. Meski demikian, ia mengimbau kepada para negara anggota OPEC+ untuk tetap menjalankan pemangkasan produksi minyak harian.
Sementara itu, munculnya Badai Zeta di Teluk Meksiko kemungkinan dapat menjadi tumpuan bagi harga minyak dalam jangka pendek. Badai tersebut kemungkinan akan mendatangi Semenanjung Yucatan Selasa dinihari waktu setempat dan telah menghentikan 16 persen dari total output minyak di Teluk Meksiko