Bisnis.com, JAKARTA - Laju saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. ditutup menguat usai rencana merger bank syariah diumumkan hari ini, Rabu (21/10/2020). Di lain pihak, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, dan PT Bank BRI Syariah Tbk. kompak mengalami penurunan.
Sebagaimana diketahui, BRI Syariah akan merger dengan Bank Syariah Mandir (BSM) dan BNI Syariah. BSM adalah anak usaha Bank Mandiri sedangkan BNI Syariah anak usaha BNI. BRI Syariah akan menjadi surviving entity atau pihak yang menerima penggabungan.
Skema penggabungan atau merger dimulai dengan peningkatan modal dasar BRI Syariah. Saham dua bank yang akan bergabung yaitu BSM dan BNI Syariah akan dikonversi menjadi modal BRIS.
Hasil konversi membuat struktur pemegang saham berubah. Semula, BRI menjadi pemegang saham mayoritas (73 persen). Setelah merger, BRI tinggal mengempit 17,4 persen.
Adapun Bank Mandiri akan menjadi pengendali baru dengan porsi 51,2 persen. Porsi Bank Mandiri menjadi besar karena setiap saham BSM setara dengan 34,9700 saham BRIS. Nilai pasar saham BSM juga yang paling besar dibandingkan dengan BRIS dan BNI Syariah.
Di sisi lain, saham publik yang semula 18,47 persen terdilusi menjadi tinggal 4,4 persen. Memang, investor yang menolak merger bisa meminta BRI menyerap saham mereka. Namun, harga yang ditebus hanya Rp781,29 per saham, lebih rendah dari harga penutupan kemarin di level 1.500
Adapun harga tersebut merupakan nilai pasar wajar atas saham BRIS, sebagaimana dinyatakan dalam hasil penilaian dari penilai independen, KJPP Suwendho, Rinaldy dan Rekan.
Skema merger BRIS pun tersebut ditanggapi negatif oleh pelaku pasar. Saham BRIS turun 105 poin atau 7 persen ke level 1.395. Penurunan sedalam itu sudah menyentuh level auto reject bawah (ARB) sehingga saham BRIS tutup lapak sejam sebelum perdagangan ditutup.
Respons negatif juga melanda saham BMRI yang turun 2,21 persen ke level 1.395. Penurunan saham ini juga turut menjadi pemberat indeks harga saham gabungan (IHSG) yang melemah 0,07 persen ke level 5.096.
Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma mengungkapkan penyebab saham BRIS malah terkoreksi setelah skema merger diumumkan. Menurutnya, skema itu membuat valuasi BRIS menjadi mahal.
“Yang diuntungkan BMRI,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (21/10/2020).
Suria menilai investor BRIS tentunya tidak mengharapkan dilusi yang terjadi akan sebesar dalam skema merger tersebut. Sebaliknya, investor BMRI tentu lebih menyukai skema yang diumumkan.
Tidak hanya BMRI dan BRIS yang mendapat respons negatif, saham BRI juga turut tertekan aksi jual. Saham BBRI turun 0,31 persen ke level 3.240.
Rencana penggabungan bank syariah memang secara langsung memangkas aset BRI. Pasalnya, pihak pengendali beralih ke BRI.
Samuel Sekuritas dalam laporannya hari ini menilai, perubahan pengendali itu memungkinkan aset BRIS dikonsolidasi ke BMRI. Alhasil, aset BMRI akan naik kurang lebih 8,5 persen menjadi Rp1.277 triliun. Di lain pihak, aset BRI akan susut 3,7 persen menjadi Rp1.292 triliun.
Nah, berbeda dengan saham tiga bank lain, saham BBNI justru mencetak penguatan. Saham BBNI naik 1,46 persen ke level 4.880. Usai merger, kelak BNI akan mengempit 25 persen saham BRIS.