Bisnis.com, JAKARTA – PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK), emiten yang bergerak dalam pembuatan produk porselen cetakan sarung tangan telah mengantongi kontrak penjualan sebesar US$44 juta untuk pengapalan pada 2021.
Adapun, hingga akhir 2020, Mark Dynamics memproyeksikan kenaikan laba bersih menjadi sebesar Rp110 miliar dan penjualan Rp440 miliar.
Presiden Direktur Mark Dynamics Indonesia Ridwan Goh menyampaikan permintaan sarung tangan global memang terus meningkat di era pandemi Covid-19 ini, hal ini menjadi pemicu bagi perseroan untuk terus melakukan ekspansi kapasitas cetakan sarung tangannya.
Dengan telah terpenuhinya target kapasitas maksimum di pabrik perseroan yang berlokasi di Desa Dalu, Tanjung Morawa, maka perseroan akan menambah kapasitas produksi perseroan di tahun 2021 menjadi sekitar 1,4 juta unit per bulan.
Kapasitas produksi tersebut akan ditingkatkan secara progresif sampai 1,8 juta unit per bulan pada awal tahun 2022.
Oleh karena itu, perseroan akan mengangggarkan belanja modal (capex) sebesar Rp 150 miliar di tahun 2021. Adapun tambahan dana belanja modal nanti untuk membangun pabrik baru dan membeli mesin produksi cetakan sarung tangan.
Baca Juga
"Keputusan Mark Dynamics mengacu pada prospek kebutuhan sarung tangan kesehatan global yang kemungkinan akan terus meningkat," paparnya dalam siaran pers, Jumat (2/10/2020).
Ridwan menyampaikan profil pembeli atau pelanggan baru selain pelanggan utama yang di Malaysia, pada kontrak kontrak mendatang terdiri atas produsen sarung tangan di sejumlah negara seperti di China, Thailand, Vietnam, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat.
Permintaan terus mengalir sampai saat ini dengan waktu pengapalan sampai awal 2022 awal. Untuk mengurangi waktu pengapalan yang terlalu lama, perusahaan memutuskan membangun pabrik baru kedua di lahan pabrik baru dengan luas ±9 Ha yang berada di Desa Dalu Tanjung Morawa.
Sumber pendanaan capex tambahan berasal baik dari kas internal perusahaan maupun fasilitas perbankan. Dana tersebut akan digunakan untuk membeli dan menambah lini serta mesin-mesin produksi di pabrik baru.
Dengan asumsi volume produksi sebanyak 15 juta unit cetakan sarung tangan pada 2021, Ridwan memproyeksikan perusahaan mampu mengantongi pendapatan penjualan hingga sekitar Rp 780 miliar, dengan proyeksi laba bersih sebesar Rp 220 miliar.
"Angka tersebut jauh melampaui volume penjualan MARK di tahun 2019 maupun proyeksi penjualan MARK pada tahun 2020 ini," imbuh Ridwan.
Sepanjang Januari - Juni 2020 lalu, penjualan MARK tercatat sebesar Rp 192,62 miliar, tumbuh 9,57% dibanding penjualan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 175,80 miliar.
Sementara itu, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih perusahaan tercatat tumbuh 14,63% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dari semula Rp 45,11 miliar di semester I 2019 menjadi Rp 51,71 miliar di semester I 2020.
Penjualan MARK tercatat sebesar Rp 361,54 miliar di tahun 2019. Sementara itu, pada awal tahun ini, MARK membidik target penjualan dengan kenaikan sebesar 15% dibanding tahun lalu atau setara dengan kurang lebih Rp 415,77 miliar dan kenaikan laba bersih sebesar 15% atau setara dengan Rp 100 miliar.
Ridwan yakin bahwa perseroan akan berhasil melampaui target penjualan dan laba sampai akhir tahun 2020 ini. Perseroan memproyeksikan kenaikan laba bersih pada akhir tahun 2020 sebesar Rp 110 miliar dan penjualan sampai akhir tahun mengalami kenaikan sebesar 10% menjadi Rp 440 miliar.