Bisnis.com, JAKARTA – Emiten cetakan sarung tangan PT Mark Dynamics Indonesia Tbk. (MARK) memproyeksikan pendapatan perseroan terus meningkat bahkan pada tahun pandemi ini.
Presiden Direktur Mark Dynamics Ridwan Goh mengatakan pendapatan perseroan sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini diprediksi tumbuh dua digit dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Pendapatan perseroan diprediksi akan mengalami pertumbuhan sekitar 10-15 persen dibanding kuartal ketiga tahun 2019,” ungkap Ridwan kepada Bisnis, Selasa (29/9/2020).
Dengan begitu, perseroan pun masih sangat optimis target yang dicanangkan perseroan meliputi pendapatan sekitar Rp430 miliar dan laba bersih sebesar Rp110 miliar akan tercapai pada akhir tahun ini.
Ridwan menjelaskan bahwa penjualan perseroan selama ini memang berorientasi pada pasar ekspor dengan komposisi sekitar 95 persen dari penjualan perseroan.
Penjualan ekspor terus stabil mengingat negara tujuan ekspor utama emiten berkode saham MARK tersebut yaitu Malaysia merupakan produsen sarung tangan yang memegang 65 persen pangsa pasar sarung tangan di dunia.
Baca Juga
“Di era pandemi ini, permintaan akan sarung tangan di dunia meningkat tajam, begitu pula dengan cetakan sarung tangan terjadi peningkatan permintaan yang cukup signifikan,” sambungnya.
Di sisi lain, peningkatan permintaan tersebut juga dikarenakan perseroan aktif menambah pasar baru yaitu China.
Dalam kaitannya dengan peningkatan kapasitas, pada kuartal ketiga ini, perseroan berencana meningkatkan lagi kapasitas produksi dari sebelumnya 800 ribu unit per bulan menjadi sekitar 1 juta unit per bulan.
Dengan demikian, sampai saat ini belanja modal atau capital expenditure perseroan yang sudah terserap sekitar Rp40 miliar. Sedang untuk ekspansi produk sanitari belanja modal yang digelontorkan perseroan terbilang belum terlalu signifikan yaitu Rp5 miliar.
“Ekspansi produk sanitari masih dalam tahap uji coba produksi,” ujarnya.
Sementara, terkait penurunan harga gas industri di awal semester tahun ini, Ridwan menjelaskan bahwa hal tersebut jelas berpengaruh terhadap efisiensi beban produksi perseroan.
Dijelaskannya, komposisi gas industri terhadap beban produksi perseroan adalah sekitar 10 persen dari total beban produksi.
“Dalam jangka pendek ini perseroan belum berencana melakukan aksi korporasi karena pada bulan Agustus tahun 2020 ini perseroan telah merampungkan aksi korporasi akuisisi unit bisnis afiliasi,” jelasnya.
Untuk diketahui, MARK memang diketahui sudah merealisasikan akuisisi atas dua unit usaha yaitu PT Berjaya Dynamics Indonesia (BDI) dan PT Agro Dynamics Indo (ADI) yang bergerak di bidang distributor kloset dan alat pertanian pada bulan Agustus lalu.