Bisnis.com, JAKARTA – Emiten sektor konsumer PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. (AISA), atau TPS Food, telah mendapatkan restu terkait rencana penambahan modal tanpa memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement tahap kedua.
Emiten berkode saham AISA itu menyampaikan akan menerbitkan saham seri B sebanyak-banyaknya 6 miliar unit saham dengan nilai nominal Rp200. PT Pangan Sejahtera Investama (Pasti), PT Asta Askara Sentosa (Askara), dan atau pihak lain akan mengambil bagian atas saham baru tersebut.
Direktur TPS Food Ernest Alto mengatakan dengan dana segar yang akan dikantongi perseroan sebanyak-banyaknya Rp1,26 triliun, perseroan bisa membayar sejumlah kewajibannya.
“Diharapkan perusahaan dapat melakukan pembayaran pinjaman sebesar Rp805 miliar, dan melaksanakan call option sebelum akhir Desember 2020 ini,” ungkapnya dalam paparan publik perseroan pada Rabu (30/9/2020).
Dengan demikian, posisi keuangan perseroan jauh lebih baik sehingga perseroan bisa melakukan pengembangan usaha lebih lanjut.
Adapun, emiten produsen makanan ringan Taro tersebut berhasil membuat rugi menyusut kendati penjualan perseroan terkoreksi tipis pada periode paruh pertama tahun ini.
Baca Juga
Direktur TPS Food Ernest Alto mengungkapkan bahwa penjualan perseroan mengalami koreksi 3,27 persen secara tahunan menjadi Rp596,96 miliar diakibatkan oleh penurunan pendapatan dari segmen makanan ringan.
“Penjualan sampai 30 Juni ini sedikit mengalami penurunan terutama diakibatkan oleh penurunan di snacking food yang merupakan dampak dari PSBB di kuartal kedua,” ungkapnya dalam paparan publik perseroan yang berlangsung pada Rabu (30/9/2020).
Dengan pelonggaran PSBB pada awal semester kedua ini, utilisasi perseroan berhasil membaik. Beberapa upaya tetap dilakukan perseroan untuk memperbaiki kinerja seperti memproteksi kegiatan operasional, meningkatkan kinerja dan efisiensi operasional dan memperbaiki rantai pasokan, dan mempertahankan tenaga kerja.
Di sisi lain, perseroan berhasil membalikkan rugi usaha dari Rp48,37 miliar menjadi laba usaha sebesar Rp35,7 miliar diakibatkan call option seperti uang dari bank UOB sebesar Rp63 miliar dan hasil lelang PT Dunia Pangan sebesar p27,5 miliar.
Adapun, rugi periode berjalan menyusut dari semula Rp61,24 miliar menjadi Rp33,98 miliar dikarenakan deferred income tax yang mengakibatkan penurunan rugi meski terdapat kenaikan biaya bunga dari utang bank, obligasi dan sukuk ijarah sebesar Rp72 miliar, dan diskon amortisasi pada obligasi dan sukuk ijarah sebesar Rp31 miliar.
Di sisi lain, kenaikan total aset sebesar 10 persen menjadi Rp2,05 triliun terutama berasal dari private placement tahap pertama per 9 Maret 2020 lalu sebesar Rp313,78 miliar dan kenaikan atas persediaan sebesar Rp26,97 miliar untuk menjaga buffer stock dalam mengatasi Covid-19.