Bisnis.com, JAKARTA — Setelah lima bulan berturut-turut mencatatkan imbal hasil positif, kinerja reksa dana saham kembali mencatatkan hasil negatif bulan ini akibat tertekan pelemahan indeks harga saham gabungan (IHSG).
Berdasarkan data Infovesta Utama, sejak awal tahun reksa dana saham dan IHSG menang menorehkan rapor merah. Pada Januari, IHSG ada di posisi -5,71 persen, diikuti kinerja RD Saham -7,12 persen, begitu pula Februari IHSG -8,20 persen dan RD saham -7,23 persen.
Kemudian, kondisi semakin diperparah datangnya wabah Covid-19 di awal Maret yang membuat kinerja pasar saham di bulan ini -16,76 persen sehingga RD saham juga anjlok 15,96 persen.
Akan tetapi, setelah penurunan dalam tersebut, IHSG dan RD saham mulai rebound. Sejak April 2020 reksa dana saham berhasil bangkit dan mencetak imbal hasil positif sebesar 2,85 persen. Ketika itu, IHSG juga mulai merayap naik sebesar 3,91 persen.
Kemudian pada bulan-bulan berikutnya reksa dana saham terus mencetak return positif, berturut-turut 0,81 persen (Mei), 3,72 persen (Juni), 2,98 persen (Juli), dan 1,39 persen (Agustus).
Sayangnya, kondisi kembali berbalik pada September ini yang mana sepanjang bulan berjalan hingga 25 September 2020 IHSG -5,59 persen, begitu pula return RD saham -5,82 persen. Pun, sepanjang tahun berjalan IHSG -21,49 persen dan RD saham -23,41 persen.
Baca Juga
Infovesta mengatakan kinerja pasar saham Indonesia di sepanjang tahun 2020 mengalami tekanan akibat preferensi risiko investor yang berubah semenjak pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia.
Selain itu capital outflow yang dilakukan oleh pihak asing secara besar-besaran membuat IHSG tidak mampu menahan derasnya aksi net sell pihak asing. Hingga 25 September 2020, net foreign sell tercatat sebesar Rp14,17 T (MtD) dan Rp42,21 T (YtD).
“Beragam sentimen dan ketidakpastian membuat investor asing cenderung beralih kepada
instrumen investasi yang lebih aman dan menghindari investasi di negara berkembang seperti di Indonesia,” tulis tim riset Infovesta dalam publikasinya, Senin (28/9/2020)
Hingga akhir September, kinerja saham diyakini masih mengalami tekanan. Salah satunya disebabkan oleh kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diproyeksikan oleh Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) pada 16 September lalu sebesar -3,3 persen yoy, lebih buruk dari proyeksi sebelumnya sebesar -2,8 persen yoy.
“Hal tersebut diperburuk dengan diberlakuannya kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang membuat pemulihan ekonomi di Indonesia semakin terhambat,” kata Infovesta.
Sebagai catatan, pada tahun 2021, ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh sebesar 5,3 persen yoy atau lebih besar apabila dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 5,2 persen yoy. Namun, prediksi ini masih dapat berubah dengan penyesuaian aktivitas ekonomi serta proyeksi ekonomi global.
Adapun seperti diketahui kinerja reksa dana saham secara umum bergerak berdampingan dengan IHSG, yang mana ketika IHSG positif, maka RD Saham di Indonesia juga mencatatkan kinerja positif, begitu pula sebaliknya.
“Hal ini menandakan bahwa apa bila IHSG pulih, maka kinerja reksa dana saham juga pasti pulih,” tegas Infovesta.
Oleh karena itu, diperlukan adanya sentimen positif yang mendukung adanya aliran masuk pihak asing ke Indonesia pada kuartal IV/2020. Selain tetap perlu memperhatikan situasi global seperti Pemilu AS yang digelar sebentar lagi yang dapat memberikan rasa ketidakpastian kepada pasar sehingga investor cenderung wait and see.
Bagi investor yang memiliki jangka waktu berinvestasi panjang, maka kondisi pasar saat ini bisa menjadi celah masuk karena harga yang masih “murah” untuk mengejar potensi rebound dikemudian hari, hal ini juga perlu diiringi dengan pemilihan produk dan Manajer Investasi yang terbukti dalam kinerja historikalnya yang dapat menyaingi Indeks acuannya.