Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Menguat, Indeks Topix Jepang Melesat 1,7 Persen

Penguatan indeks Topix disusul oleh indeks Kospi Korea Selatan yang parkir di posisi 2.308,08 atau naik 1,29 persen.
Bursa Asia/ Bloomberg.
Bursa Asia/ Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar saham Asia melanjutkan tren penguatan pada perdagangan Senin (28/9/2020) yang ditopang oleh sinyal pemulihan ekonomi di China.

Dilansir dari Bloomberg, sebagian besar pasar Asia ditutup menghijau dengan indeks Topix Jepang memimpin tren positif ini dengan kenaikan 1,7 persen di level 1.661,93. Selanjutnya, indeks Kospi Korea Selatan parkir di posisi 2.308,08 atau naik 1,29 persen.

Menyusul dibelakangnya adalah indeks Hang Seng Hong Kong yang naik 0,84 persen di posisi 23.429,63. Sementara itu, indeks Shanghai Composite terkoreksi tipis 0,07 persen ke level 3.217,07 sementara bursa S&P/ASX 200 Australia turun 0,21 persen di posisi 5.952,30.

Pasar global untuk pertama kalinya akan mencatatkan penurunan sejak Maret 2020 lalu ditengah prospek perlambatan pemulihan ekonomi seiring dengan lonjakan kasus positif virus corona dan terhambatnya paket stimulus fiskal.

Meski demikian, rilis data ekonomi selama sepekan kemarin menunjukkan pendapatan sektor industri di China pada Agustus  kembali meningkat dalam empat bulan berturut-turut.

“Data ini mendukung sentimen pemulihan ekonomi China,” ujar Stephen Innes, Global Markets Strategist AxiCorp.

Di sisi lain, tensi hubungan China dan AS kian memanas setelah sanksi untuk aplikasi TikTok yang diberikan oleh Presiden AS Donald Trump ditolak oleh hakim pengadilan federal. Hal ini menghambat usaha pemerintah AS dalam menekan aplikasi asal China ini karena alasan keamanan nasional.

Adapun saham perusahaan produsen chip asal China, Semiconductor Manufacturing International Corp., mencatatkan level terendah dalam empat bulan di bursa Hong Kong setelah larangan ekspor yang diberlakukan AS.

Sementara itu, Partai Demokrat dan Republikan diburu waktu untuk menyelesaikan undang-undang paket stimulus AS sebelum pemilihan presiden pada 3 November mendatang. Pada Agustus lalu, pembicaraan ini terhenti karena tidak tercapainya kesepakatan antara kedua pihak.

Investor juga tengah mencerna kabar yang diberitakan oleh New York Times bahwa Presiden AS Donald Trump hanya membayar pajak penghasilan sebanyak US$750 pada 2016 dan 2017. Adapun Trump telah membantah kabar ini dan menyatakan hal tersebut adalah berita palsu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper