Bisnis.com, JAKARTA - Moody's Investors Service menyebutkan Indikator Tekanan Likuiditas perusaahaan Asia (Asian Liquidity Stress Indicator /ALSI) membaik pada Agustus 2020 menjadi 37 persen.
Sebelumnya, pada Juli 2020, tingkat ALSI mencapai 38,1 persen. Namun demikian, ALSI tetap tinggi karena lemahnya 54 dari 146 perusahaan di Asia yang diperingkat oleh Moody's.
Senior Vice President Moody's Annalisa Di Chiara menyampaikan indikator ALSI bisa menurun ketika likuiditas spekulatif membaik. Skor likuiditas juga dihitung dari peringkat corporate family ratings (CFR).
"Bisa dikatakan, perbaikan ALSI pada Agustus masih mencerminkan likuiditas yang lemah, dibandingkan adanya peningkatan nyata dalam likuiditas tersebut," paparnya dalam siaran resmi, Kamis (24/9/2020).
Peringkat ALSI paling besar terjadi di Asia Selatan dan Asia Tenggara (Asean), walaupun menurun menjadi 43,9 persen pada Agustus 2020 dari 50 persen pada Juli 2020. Hal ini mencerminkan membaiknya likuiditas dua perusahaan di Indonesia.
Adapun, di bagian utara Asia, tingkat ALSI meningkat menjadi 34,3 persen dari bulan sebelumnya 33,3 persen. Likuiditas masih terbilang lemah karena terpukulnya industri di China.
Baca Juga
Sementara itu, total penerbitan obligasi yang dihimpun Moody's pada Agutus 2020 mencapai US$3,4 miliar, turun dari US$7 miliar pada Juli. Perusahaan properti di China menyumbang 48 persen total emisi Agustus 2020.
"Total penerbitan obligasi global sepanjang 2020 di Asia pun mencapai US$28,4 miliar, melebihi tahun-tahun sebelumnya, kecuali 2019," imbuh Chiara.