Bisnis.com, JAKARTA - International Energy Association atau IEA kembali memangkas perkiraan konsumsi bahan bakar minyak untuk sisa tahun ini seiring dengan terus bertambahnya kasus positif Covid-19 di banyak negara.
Dalam laporan bulanan terbarunya, lembaga yang berbasis di Paris itu, memangkas prospek permintaan minyak dunia menyusut lebih tajam untuk tahun ini dibandingkan dengan laporan terakhirnya.
IEA memperkirakan permintaan minyak global turun 8,4 juta barel pada tahun ini, merosot 300.000 barel lebih dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya. Pemangkasan proyeksi IEA itu pun telah terjadi selama dua bulan berturut-turut.
Sementara itu, untuk kuartal IV/2020 IEA memperkirakan permintaan minyak global akan menyusut sebesar 5 juta barel per hari, terkontraksi sekitar 600.000 barel lebih dalam daripada perkiraan bulan lalu.
“Meningkatnya kasus Covid-19 di Eropa, pembatasan baru, tingkat kerja dari rumah yang tinggi, telah membuat analisis pasar sangat menantang,” tulis IEA dalam laporan terbarunya, Selasa (15/9/2020).
IEA juga menjelaskan bahwa dengan pasokan yang terus meningkat dan pemulihan permintaan minyak tampak goyah telah membuat prospek pasar minyak global tampak bahkan lebih rapuh.
Baca Juga
Di sisi lain, harga minyak berada di jalur kenaikannya didukung data ekonomi China yang menunjukkan sinyal positif melanjutkan tren pemulihan ekonomi Negeri Panda itu.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (15/9/2020) hingga pukul 18.36 WIB, harga minyak jenis WTI untuk kontrak Oktober 2020 di bursa Nymex bergerak menguat 1,56 persen ke level US$37,84 per barel.
Sementara itu, harga minyak jenis Brent kontrak November 2020 di bursa ICE bergerak menguat 1,29 persen ke level US$40,12 per barel.
Adapun, mengutip data pemerintahan China, penjualan ritel naik untuk pertama kalinya tahun ini untuk periode Agustus. Selain itu, produksi industri naik 5,6 persen lebih besar daripada perkiraan pasar.
Tim Riset Monex Investindo Futures mengatakan bahwa harga minyak berpeluang sell di bawah level resistan US$37,9 per barel dengan target support US$36,65 per barel dan selanjutnya di US$36,2 per barel.
“Bila menembus level resistan US$37,90 harga minyak berpeluang buy dengan target US$38,4 per barel,” tulis Monex Investindo Futures seperti dikutip dari publikasi risetnya, Selasa (15/9/2020).