Bisnis.com, JAKARTA - Emiten farmasi PT Phapros Tbk. (PEHA) belum berencana untuk menyesuaikan harga penjualan produk obat dan alat kesehatan yang diproduksi oleh perseroan.
Direktur Utama Phapros Hadi Kardoko menyatakan pihaknya mengusahakan peningkatan margin dengan melakukan efisiensi beban serta peningkatan produktivitas manufaktur.
“Selama ini, kita belum menaikkan harga. Jadi masih sama seperti semula. Upaya yang kita lakukan adalah adaptasi, inovasi, digitalisasi dan kolaborasi. Jangan sampai kita di era seperti ini, orang sedang susah kita malah menaikkan harga,” sebutnya dalam kunjungan media secara virtual bersama Bisnis Indonesia, Rabu (9/9/2020).
Sebagai bagian dari entitas usaha yang bergerak di bidang farmasi, emiten berkode saham PEHA tersebut berkomitmen untuk tetap melayani masyarakat dengan tidak menaikkan harga jual produk.
Di sisi lain, perseroan juga memaksimalkan digitalisasi sebagai salah satu upaya penurunan beban, baik dari sisi produksi, pemasaran maupun hal pendukung lainnya.
Produsen Antimo tersebut menyatakan harus tetap bertumbuh secara bisnis sehingga perseroan menargetkan pertumbuhan dua digit melalui pengembangan bisnis organik lewat produk yang kompetitif dan penguatan strategi pemasaran termasuk didalamnya memanfaatkan saluran distribusi seperti Tokopedia, Shopee hingga Bukalapak.
Baca Juga
Hadi pun menyebutkan bahwa industri farmasi saat ini berada dalam zona moderate raised dimana satu sisi segmen produk-produk yang mendukung upaya preventif terhadap Covid-19 yakni multivitamin mengalami peningkatan yang cukup signifikan di era pandemi seperti ini.
Terkait vaksin Covid-19, Phapros sebagai anak usaha dari PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) menyebut akan selalu mendukung upaya pemerintah melalui holding BUMN farmasi untuk pengembangan vaksin. Bentuk dukungan tersebut akan selalu dikoordinasikan dengan induk usaha dan siap menerima arahan.