Bisnis.com,JAKARTA— PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. mulai mengoperasikan pabrik Methyl Tert-butyl Ether dan Butene-1 yang pertama kali hadir di Indonesia.
Presiden Direktur Chandra Asri Erwin Ciputra menjelaskan bahwa prioritas perseroan adalah mendukung pemerintah dan industri dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan impor.
Pengoperasioan dua pabrik baru itu diharapkan dapat mendukung tujuan pemerintah untuk mengurangi impor 35 persen pada 2020 dapat tercapai.
Erwin menjelaskan bahwa konstruksi pabrik Methyl Tert-butyl Ether (MTBE) dan Butene-1 (B1) dilakukan oleh Toyo Engineering Corporation dan PT Inti Karya Persada Tehnik sejak 2018. Proses pembangunan dapat selesai tepat waktu meski di tengah pandemi Covid-19.
“Sehingga operasional pabrik dapat dimulai sesuai rencana kami,” ujarnya melalui siaran pers, Senin, (7/9/2020).
Emiten berkode saham TPIA itu mengungkapkan pabrik MTBE berkapasitas 128 KTA untuk memasok kebutuhan octane booster dalam negeri yang masih dipenuhi dari impor.
Baca Juga
Selanjutnya, pabrik B1 berkapasitas 43 KTA akan diserap untuk kebutuhan operasional pabrik perseroan sebesar 33 KTA dan sisanya untuk pasar domestik.
Adapun, kedua pabrik itu merupakan yang pertama di Indonesia menggunakan Lummus Technology. Teknologi itu diklaim sebagai salah satu teknologi pengolahan pabrik petrokimia paling mutakhir di dunia.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan industri petrokimia memiliki peran penting dalam mensubstitusi impor. Oleh karena itu, pemerintah mendorong sektor itu agar tumbuh.
“Selain substitusi impor, perusahaan petrokimia seperti Chandra Asri juga mampu menarik investor baru yang tentunya akan berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia,” jelasnya.
Data Kementerian Perindustrian menunjukkan Indonesia masih mengimpor produk kimia methanol termasuk turunannya senilai Rp174 triliun pada 2018. Kebutuhan itu berasal dari beberapa negara.