Bisnis.com, JAKARTA — Emisi obligasi senilai Rp1 triliun yang diluncurkan oleh PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. berhasil terserap penuh oleh pasar kendati di tengah sentimen pandemi Covid-19.
Presiden Direktur Chandra Asri Erwin Ciputra mengatakan perseroan berhasil masuk pasar fixed income domestik cukup impresif seiring dengan penerbitan obligasi senilai Rp1 triliun yang berhasil terserap 100 persen oleh pasar. Surat utang ini merupakan penerbitan obligasi rupiah terbesar yang dilakukan oleh perseroan hingga saat ini.
“Transaksi yang menguntungkan dan kompetitif ini terlaksana di masa yang dinamis dan tidak stabil, dan hal ini makin menegaskan kembali penawaran menarik dari Chandra Asri ke pasar utang dan telah meningkatkan diversifikasi sumber pendanaan kami,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Minggu (30/8/2020).
Untuk diketahui, emisi tersebut adalah Obligasi Berkelanjutan III Chandra Asri Petrochemical Tahap I Tahun 2020 yang diterbitkan 26 Agustus dan merupakan bagian dari Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Obligasi Berkelanjutan III Chandra Asri Petrochemical Tahun 2020 dengan target dana yang dihimpun hingga Rp5 triliun.
Obligasi itu terbagi atas Seri A yang ditawarkan sebesar Rp432,42 miliar dengan tingkat bunga tetap sebesar 8,20 persen per tahun berjangka 3 tahun sejak tanggal emisi dan Seri B yang ditawarkan sebesar Rp356,3 miliar dengan tingkat bunga tetap sebesar 8,70 persen per tahun bertenor 5 tahun.
Kemudian, Seri C yang ditawarkan sebesar Rp111,27 milar dengan kupon 9,20 persen per tahun berjangka waktu 7 tahun sejak tanggal emisi.
Baca Juga
Emiten berkode saham TPIA itu telah memperoleh hasil pemeringkatan dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) per tanggal 4 Juni 2020, dengan rating idAA- atau double A minus.
PT BCA Sekuritas dan PT Mandiri Sekuritas bertindak sebagai Penjamin Utama Emisi dengan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. sebagai Wali Amanat.
“Kami bangga dapat berkontribusi pada pengembangan pasar modal Indonesia dengan menawarkan pilihan yang kredibel kepada investor yang ingin meningkatkan imbal hasil mereka secara aman dan likuid, seiring upaya kami untuk terus memperluas program obligasi rupiah dalam jangka panjang,” papar Erwin.
Dana hasil obligasi itu akan digunakan untuk mendanai modal kerja TPIA seiring dengan pengembangan integrasi masterplan, salah satunya pembangunan pabrik Methyl Tert-butyl Ether (MTBE) dan Butene-1 yang diharapkan segera beroperasi pada September 2020.
Proyek itu diharapkan dapat makin memperluas arus pendapatan Chandra Asri dan mengukuhkan posisi perseroan di industri petrokimia Indonesia yang terus berkembang.
Erwin menjelaskan perseroan akan mempertahankan ketahanan finansial yang kuat dan memposisikan diri secara kuat untuk rebound di tengah pandemi Covid-19.
Untuk diketahui, perseroan membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$29,8 juta pada semester I/2020. Capaian itu berbanding terbalik dengan periode yang sama tahun lalu, yang mencatatkan laba US$32,9 juta.
Sementara itu, perseroan membukukan pendapatan US$841,4 juta, turun 20,1 persen dibandingkan dengan semester I/2020 sebesar US$1,05 miliar. Sementara itu, beban pokok pendapatan pada enam bulan pertama tahun ini tidak jauh berbeda dengan raihan pendapatan, yaitu US$852,6 juta.