Bisnis.com, JAKARTA - PT United Tractors Tbk., siap menyerap saham baru yang diterbitkan oleh entitas usahanya, PT Acset Indonusa Tbk., melalui hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.
Direktur United Tractors Iwan Hadiantoro mengatakan bahwa entitas usahanya di bidang konstruksi, PT Acset Indonusa Tbk. (ACST), telah mendapatkan persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada pertengahan Agustus lalu untuk menyelenggarakan right issue.
Pihaknya berharap aksi korporasi oleh ACST itu dapat dilaksanakan pada awal September 2020 dengan target dana yang ingin dihimpun mencapai Rp1,5 triliun.
“United Tractors berkomitmen untuk mengambil porsi saham yang menjadi haknya dan juga siap menjadi standby buyer apabila ada existing investor dari Acset yang tidak menggunakan haknya dalam HMETD ini,” ujar Iwan saat Pubex Live 2020, Selasa (25/8/2020).
Untuk diketahui, berencana untuk menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 5,72 miliar saham melalui aksi right issue dengan harga pelaksanaan Rp262 per saham.
Harga pelaksanaan itu lebih rendah dibandingkan dengan harga saham ACST pada perdagangan Selasa (25/8/2020) hingga penutupan sesi perdagangan I, di level Rp418.
Baca Juga
Adapun, setiap pemegang saham yang tidak melaksanakan haknya untuk memesan saham baru dalam HMETD nantinya akan terdilusi sebesar maksimum 89,11 persen setelah pelaksanaan PUT II.
Per 31 Juli 2020, komposisi pemegang saham ACST terdiri atas PT Karya Supra Perkasa, anak usaha United Tractors, sebesar 50 persen, PT Cross Plus Indonesia sebesar 12,27 persen, Reksa Dana HPAM Ekuitas Progresif 6,33 persen, PT Loka Cipta Kreasi 5,83 persen, HBSC-Fund Services, BOB (Cayman Ltd) 5,51 persen, dan publik 19,96 persen.
Dengan demikian, emiten berkode saham UNTR itu setidaknya harus menyiapkan Rp749,32 miliar untuk mempertahankan posisinya menjadi pemegang saham terbesar dari ACST, atau mendapatkan total kepemilikan sebesar 94,56 persen saham jika rights issue telah dilaksanakan.
Di sisi lain, dana hasil rights issue setelah dikurangi biaya-biaya emisi saham yang menjadi kewajiban ACST akan digunakan untuk melunasi sebagian utang.
Iwan pun menjelaskan bahwa pelaksanaan right issue untuk memperbaiki balance sheet ekuitas ACST, sehingga anak usaha itu memiliki gearing level yang sehat dan mempersiapkan entitas itu menjalankan proyek ke depan yang lebih baik.
Adapun, ACST membukukan rugi bersih Rp252,20 miliar pada semester I/2020, menyusut 37,6 persen dari rugi bersih periode yang sama tahun lalu sebesar Rp404,43 miliar.
Pendapatan ACST pada paruh pertama 2020 juga mengalami penurunan sebesar 51,58 persen dari Rp1,54 triliun menjadi Rp748,74 miliar.
Iwan mengatakan, memproyeksikan sampai akhir tahun ini kinerja bisnis ACST masih akan mengalami tantangan berat seiring dengan penundaan proyek dan kendala pencapaian kontrak baru.
“Namun, kami harap ini akan segera pulih, didorong oleh operational excellence yang saat ini tengah diperbaiki termasuk struktur permodalan dan working capital,” papar Iwan.