Bisnis.com,JAKARTA— Investor asing berbelanja sejumlah saham perusahaan afiliasi Grup Astra pada paruh pertama sesi Kamis (6/8/2020).
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, PT United Tractors Tbk. (UNTR) menempati urutan teratas daftar net foreign buy dengan nilai Rp39,6 miliar akhir sesi pertama Kamis (6/8/2020). Entitas anak PT Astra International Tbk. (ASII) itu menguat 8,25 persen ke level Rp1.775.
ASII juga menjadi incaran investor asing dengan nilai net buy Rp17,6 miliar. Emiten yang memiliki kapitalisasi pasar Rp209,50 triliun itu menguat 2,48 persen ke level Rp5.175.
Sementara itu, investor asing juga memborong saham PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI). Emiten sawit itu membukukan net buy Rp252,53 juta dan menguat 0,51 persen ke level Rp9.800.
PT Astra Otoparts Tbk. (AUTO) juga menjadi incaran asing dengan nilai net buy Rp31,40 juta. Pergerakan harga saham tancap gas sejak awal pembukaan dan menguat 1,75 persen ke level Rp870.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menilai langkah investor asing berbelanja saham Grup Astra didorong oleh sejumlah faktor. Salah satunya tren kenaikan harga emas dunia.
Baca Juga
“[Selain itu] Mulai terjadinya tren kenaikan penjualan otomotif di tanah air,” jelasnya kepada Bisnis, Kamis (6/8/2020).
Seperti diketahui, Astra International melaporkan penurunan pendapatan bersih konsolidasian 23 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp89,8 triliun pada semester I/2020. Kendati demikian, laba bersih perseroan masih tumbuh 16 persen secara tahunan menjadi Rp11,4 triliun per 30 Juni 2020.
Laba bersih Rp11,4 triliun pada akhir semester I/2020 sudah termasuk dengan keuntungan penjualan saham di PT Bank Permata Tbk (BNLI). Tanpa memperhitungkan keuntungan itu, laba bersih Grup Astra turun 44 persen yoy menjadi Rp5,5 triliun per 30 Juni 2020.
Emiten berkode saham ASII itu mengalami penurunan laba bersih terutama disebabkan kinerja divisi otomotif, alat berat dan pertambangan, serta jasa keuangan. Kondisi terjadi akibat dampak pandemi Covid-19 serta langkah penanggulangannya.
ASII mencatat laba bersih dari divisi otomotif turun 79 persen menjadi Rp716 miliar akibat penurunan volume yang signifikan pada kuartal II/2020.
Selanjutnya, laba bersih dari divisi alat berat, pertambangan, serta konstruksi dan energi menurun 29 persen yoy menjadi Rp2,4 triliun akhir disebabkan penjualan alat berat dan volume kontrak penambangan yang lebih rendah akibat melemahnya harga batu bara.
Laba bersih bisnis jasa keuangan grup menurun 25 persen menjadi Rp2,1 triliun selama semester I/2020. Peningkatan provisi untuk menutupi kerugian kredit bermasalah pada bisnis pembiayaan konsumen dan alat berat menjadi penyebab.