Bisnis.com, JAKARTA - PT Polytama Propindo berencana menggalang dana melalui pasar modal sebesar Rp750 miliar melalui penerbitan obligasi dan sukuk ijarah untuk merefinancing sebagian utang perseroan.
Direktur Keuangan Polytama Propindo Uray Azhari mengatakan bahwa pencarian dana segar itu akan dilakukan melalui penerbitan obligasi sebanyak-banyaknya Rp450 miliar dan sukuk ijarah sebanyak-banyaknya Rp300 miliar.
“Penerbitan melalui dua instrumen yang berbeda saat ini semata-mata hanya untuk menjaring investor lebih luas,” ujar Uray saat konferensi pers virtual, Jumat (14/8/2020).
Adapun, obligasi dan sukuk ijarah itu masing-masing akan terdiri atas tiga seri, yaitu seri A dengan tenor 370 hari memiliki potensi kupon sebesar 9 persen hingga 10 persen, seri B dengan tenor tiga tahun memiliki potensi kupon 10,25 persen hingga 11,25 persen, dan seri C bertenor 5 tahun dengan kupon 11 persen hingga 12 persen.
Pembayaran bunga obligasi dan cicilan imbalan ijarah akan dibayarkan setiap 3 bulan sejak tanggal emisi. Periode bookbuilding telah dimulai sejak 13 Agustus 2020 dan berakhir pada 25 Agustus 2020.
Perseroan memperkirakan penawaran umum akan dilaksanakan pada 1-4 September 2020, sedangkan distribusi obligasi dan sukuk secara elektronik pada 9 September 2020, dan pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 10 September 2020.
Baca Juga
Kedua instrumen ini telah mendapatkan rating BBB+ oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia. Perseroan menunjuk PT BNI Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, PT Indo Premier Sekuritas, dan PT CIMB Niaga Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi obligasi dan sukuk ijarah.
Sementara itu, Direktur Utama Polytama Propindo Didik Susilo mengatakan bahwa dana yang akan diperoleh dari penerbitan kedua instrumen itu nantinya setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan digunakan untuk membayar sebagian utang pokok perseroan.
Dengan demikian, perseroan dapat mengurangi beban keuangan untuk kepentingan ekspansi perseroan.
“Sebagai perusahaan penghasil polypropylene resin terbesar kedua di Indonesia, bahkan satu satunya di Asia Pasifik dalam bentuk granule, kami optimis dapat terus mengembangkan sayap terlebih saat ini industri petrokmia sebagai industri hulu memiliki peran vital dan strategis bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujar Didik.
Adapun, Didik menjelaskan mayoritas saham perseroan sebesar 80 persen dimiliki oleh PT Tuban Petrochemical Industries, sedangkan sisanya 20 persen dimiliki oleh Pasio Investment BV (Belanda) yang merupakan anak perusahaan Pasio Holding N.V Curacao (Dutch Caribbean).
Untuk diketahui, PT Tuban Petrochemical Industries merupakan anak perusahaan PT Pertamina dengan total kepemilikan sebesar 51 persen, sedangkan sebesar 47 persen dimiliki oleh Kementerian Keuangan, dan 2 persen sisanya dimiliki Dana Pensiun Pertamina.
Head of Investment Banking BNI Sekuritas Tulus Nababan mengaku bahwa dirinya yakin penawaran ini dapat terserap dengan baik oleh pasar seiring dengan latar belakang perusahaan yang cukup menarik.
“Ini adalah perusahaan petrokimia kedua di Indonesia yang menerbitkan obligasi dan sukuk, semoga ini bisa menjadi pilihan yang baik bagi investor untuk berinvestasi,” papar Tuban.