Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Strategi Summarecon Agung (SMRA) Kejar Target Marketing Sales Rp2,5 Triliun

Perusahaan melancarkan sejumlah strategi untuk memacu penjualan, seperti menawarkan unit hunian di bawah Rp2 miliar.
Direktur Utama PT Summarecon Agung Tbk Adrianto P. Adhi didampingi direksi lainnya memberikan penjelasan mengenai kinerja perusahaan, usai rapat umum pemegang saham tahunan, di Jakarta, Kamis (20/6/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Direktur Utama PT Summarecon Agung Tbk Adrianto P. Adhi didampingi direksi lainnya memberikan penjelasan mengenai kinerja perusahaan, usai rapat umum pemegang saham tahunan, di Jakarta, Kamis (20/6/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA) mengandalkan proyek hunian senilai Rp1,4 miliar-Rp1,9 miliar untuk mengejar target pendapatan prapenjualan Rp2,5 triliun pada 2020.

Direktur Summarecon Agung Lydia Tjio menambahkan saat ini perusahaan dengan kode emiten SMRA itu fokus pada penjualan unit di kisaran harga kisaran Rp1,4 miliar hingga Rp1,9 miliar yang dinilai memang lebih mudah diserap pasar.

Pada kuartal IV/2020, Summarecon akan meluncurkan proyek di Bogor dengan kisaran harga Rp1,4 miliar hingga Rp1,9 miliar. Dia berharap dapat membukukan pendapatan Rp400 miliar dari proyek tersebut.

"Summarecon Bogor akan launching pada kuartal empat yang nanti dapat dikembangkan hingga 420 hektare selama lebih dari 10 tahun," ucap Lydia, Rabu (12/8/2020).

Sementara itu, Direktur Utama Summarecon Agung Adrianto P. Adhi mengatakan pendapatan prapenjualan sepanjang Januari hingga Juli 2020 terealisasi Rp1,3 triliun.

"Kami pangkas menjadi Rp2,5 triliun tahun ini," ujarnya.

Summarecon memproyeksikan capaian marketing sales tersebut bakal disumbang oleh proyek rumah sebesar 60 persen, ruko 17 persen, apartemen 16 persen, dan kantor 7 persen.

Dia menuturkan pemangkasan target tersebut disebabkan kondisi pandemi Covid-19 yang membuat daya beli konsumen melemah. Tekanan ekonomi ini diperkirakan berlanjut dan tentu berpengaruh signifikan pada penjualan properti.

Namun demikian, Summarecon melakukan sejumlah strategi untuk tetap bisa mencapai target yang telah dipangkas.

Saat ini, perusahaan mengutamakan penjualan produk yang sesuai dengan kemampuan konsumen dan mengupayakan metode pembayaran yang lebih mudah.

Selain itu, perusahaan meningkatkan pemanfaatan teknologi digital, seperti launching proyek di Bekasi, Serpong dan Makassar secara virtual dan memanfaatkan visualisasi lokasi properti dengan teknologi digital.

"Yang paling penting pricing dan cara bayar yang harus kita sesuaikan dengan kemampuan daya beli dan tetap menjaga kepercayaan serta kualitas produk yang tidak pernah berubah," kata Adrianto.

Sementara itu, pada Jumat (24/7/2020), Bursa Efek Indonesia (BEI) merombak daftar saham yang masuk ke dalam indeks LQ45 dan IDX30 yang akan berlaku pada periode perdagangan Agustus 2020 hingga Januari 2021.

Kedua indeks itu merupakan kelompok saham yang terdiri atas 45 dan 30 saham dengan likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental baik dan tingkat kepatuhan tinggi.

BEI menambahkan tiga emiten baru ke dalam daftar indeks LQ45 yakni PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA), PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA), dan PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper