Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah masih bertengger di kisaran US$42 per barel di New York setelah cadangan AS tercatat lebih melampaui perkiraan, mengimbangi meningkatnya persediaan bahan bakar dan melemahnya permintaan.
Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (6/8/2020), minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak September terpantau melemah 0,14 persen atau 0,06 poin ke level US$42,13 per barel pada pukul 08.13 WIB di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, minyak Brent untuk penyelesaian Oktober menguat 0,2 persen ke level US$45,25 di ICE Futures Europe Exchange. Minyak patokan patokan global ini menguat 1,7 persen pada sesi sebelumnya dan ditutup pada level tertinggi sejak 6 Maret 2020.
Energy Information Administration AS melaporkan bahwa cadangan minyak mentah AS turun 7,37 juta barel pekan lalu, penurunan mingguan kedua berturut-turut. Penurunan ini lebih besar dibandingkan median dalam survei Bloomberg yang memperkirakan penurunan sebesar 3,35 juta.
Namun, persediaan di pusat penyimpanan Cushing, Oklahoma, naik untuk minggu kelima ke level tertinggi sejak Mei.
Di sisi lain, data pemerintah juga menunjukkan persediaan bensin dan minyak distilasi naik 2 juta barel pekan lalu ketika musim mengemudi musim panas hampir berakhir, sementara permintaan untuk bahan bakar motor stagnan.
Baca Juga
Di tengah reli minyak, OPEC+ dan sejumlah produsen di AS bersiap untuk menguji pasar dengan meningkatkan pasokan setelah harga pulih dari penurunan di bawah nol pada bulan April.
Meningkatnya infeksi virus korona telah membuat minyak mentah mendekati level US$40 per barel sejak awal Juni. Meskipun banyak negara besar berjuang untuk mengendalikan wabah, pengembangan vaksin virus hanya menunjukkan sedikit perkembangan.
Sementara itu, Saudi Aramco berencana untuk merilis harga untuk pengiriman minyak mentah September pada hari Kamis setelah menunda keputusan awal pekan ini.