Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Smartfren Melonjak 6 Persen, Terdorong Sentimen 5G?

Pada perdagangan Rabu (5/8/2020) pukul 10.23 WIB, saham FREN naik 6,06 persen atau 8 poin menjadi Rp140. Sepanjang hari, saham FREN bergerak di rentang Rp135 - Rp143.
Pelanggan menunggu pelayanan di gerai Smartfren, Serpong, Tangerang Selatan, Sabtu (5/1/2019)./Bisnis-Endang Muchtar
Pelanggan menunggu pelayanan di gerai Smartfren, Serpong, Tangerang Selatan, Sabtu (5/1/2019)./Bisnis-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA – Saham PT Smarfren Telecom Tbk. (FREN) melesat 6 persen seiring dengan informasi potensi penyediaan layanan 5G.

Pada perdagangan Rabu (5/8/2020) pukul 10.23 WIB, saham FREN naik 6,06 persen atau 8 poin menjadi Rp140. Sepanjang hari, saham FREN bergerak di rentang Rp135 - Rp143.

Sebulan terakhir saham entitas Grup Sinar Mas itu melesat 42,86 persen, tetapi hanya meningkat 1,45 persen sepanjang 2020.

Sebagai informasi, PT Telekomunikasi Selular dan PT Smarfren Telecom Tbk ‘dijagokan’ dalam lelang frekuensi 2300 MHz mendatang. Keduanya berpotensi menjadi operator seluler pertama di Indonesia yang menggelar layanan 5G.

Ketua Program Studi Magister Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. Edward mengatakan bahwa rencana lelang frekuensi radio 2300 MHz untuk kebutuhan internet cepat, merupakan langkah yang tepat.

Alasannya, kata Ian, saat ini kehadiran akan lebar pita atau bandwidth baru sangat penting bagi operator seluler untuk memberikan pengalaman yang terbaik kepada pelanggan.

Lebar pita yang optimal, akan membuat lalu lintas jaringan data makin lancar, di tengah kondisi trafik yang sangat padat saat ini.

Tidak hanya itu, bagi Telkomsel dan Smartfren, kata Ian, lebar pita baru di 2300 MHz akan membuka peluang mereka untuk menjadi operator seluler 5G pertama di Tanah Air.

“Peluangnya jika pemenangnya adalah Telkomsel atau Smartfren maka akan menjadi pemain 5G pertama, dan jika XL, Indosat atau Tri tentu saja akan memperoleh tambahan layanan yang baik untuk data,” kata Ian kepada Bisnis, Selasa (4/8/2020).

Senada, Sekretaris Jenderal Pusat Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB Mohammad Ridwan Effendi mengatakan bahwa Frekuensi 2300 MHz merupakan frekuensi yang telah ditetapkan oleh Persatuan Telekomunikasi Internasional (ITU) sebagai alokasi 5G, sehingga operator yang memiliki frekuensi ini berpeluang menjadi operator 5G.

Sebagai catatan, Telkomsel dan Smartfren masing-masing memiliki lebar pita sebesar 30 MHz di spektrum 2300 MHz. Dengan tambahan 30 MHz lagi, maka peluang keduanya untuk membuka layanan 5G makin terbuka luas.

“Idealnya memang 100 MHz, tapi kalau 60 MHz sudah lumayan. Jadi Telkomsel atau Smartfren kalau menang berpeluang jadi operator 5G pertama,” kata Ridwan.

Kinerja Keuangan

Sementara itu, PT Smartfren Telecom Tbk. membukukan pertumbuhan pendapatan yang signifikan sepanjang enam bulan pertama 2020. Namun, pencapaian tersebut belum mampu membuat kerugian berbalik menjadi keuntungan.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan untuk enam bulan yang berakhir tanggal 30 Juni 2020, emiten bersandi FREN mencatatkan pendapatan sebesar Rp4,30 triliun, naik 41,98 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Jumlah tersebut berasal dari pendapatan segmen telekomunikasi yakni pendapatan dari bisnis data Rp3,91 triliun dan pendapatan non-data Rp226,52 miliar. Kemudian ada pendapatan interkoneksi Rp61,69 miliar dan pendapatan lain-lain Rp101,83 miliar.

Di saat bersamaan, beban usaha perseroan juga ikut naik 22,86 persen, dari yang semula Rp1,81 triliun menjadi Rp2,25 triliun.

Secara akumulatif, meski pendapatannya tumbuh signifikan sepanjang semester I/2020, FREN masih mencatatkan kerugian yakni Rp1,22 triliun. Jumlah tersebut bahkan lebih dalam dibandingkan kerugian semester I/2019 yang sebesar Rp1,07 triliun.

Sementara itu, di pos kewajiban jumlah liabilitas perseroan juga terpantau membengkak. Per akhir Juni 2020 perseroan memiliki liabilitas Rp23,25 triliun, naik 55,93 persen dari total liabilitas per 31 Desember 2019 yang sebesar Rp14,91 triliun.

Adapun liabilitas itu terdiri atas liabilitas lancar Rp7,35 triliun dan liabilitas tidak lancar Rp15,90 triliun. Dari jumlah tersebut mayoritas adalah kewajiban atas utang pinjaman dan liabilitas sewa pembiayaan.

Kemudian dari pos aset, per akhir Juni 2020 emiten telekomunikasi ini membukukan total aset sebesar Rp34,76 triliun, naik dari posisi aset per 31 Desember 2019 yang sebesar Rp27,65 triliun.

Kenaikan tersebut berasal dari pos aset tidak lancar yakni kenaikan nilai aset tetap yang menjadi Rp27,12 triliun dari yang sebelumnya Rp19,89 triliun. Adapun sebagai bagian dari aset lancar, jumlah kas setara kas akhir periode perseroan juga naik dari Rp196,77 miliar menjadi Rp349,17 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper