Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengantung Asa di Semester Kedua, BUMN Karya Masih Prospektif

BUMN Karya diharapkan dapat mencetak kinerja lebih baik pada semester kedua tahun ini seiring dengan langkah pemerintah mempercepat belanja.
Pekerja menggunakan alat berat beraktivitas di proyek infrastruktur milik salah satu BUMN Karya di Jakarta, Kamis (13/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menggunakan alat berat beraktivitas di proyek infrastruktur milik salah satu BUMN Karya di Jakarta, Kamis (13/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Awan gelap masih menaungi BUMN karya selama semester I/2020, meski sejumlah analis meyakini potensi rebound kinerja perusahaan di sisa 2020.

Sejumlah BUMN karya yang telah merilis laporan keuangan semester I/2020 mencatatkan penurunan pendapatan dan laba yang cukup signifikan.

Laba bersih PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP) anjlok sebesar 95,36 persen dari Rp343,17 miliar menjadi tinggal Rp15,94 miliar.

Kontraksi laba bersih sejalan dengan menurunnya pendapatan perusahaan yang pada paruh pertama tahun 2020 tercatat sebesar Rp6,74 triliun. Perolehan ini lebih rendah 37,76 persen dibandingkan perolehan pada periode yang sama tahun 2019 senilai Rp10,83 triliun.

Sementara itu, PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp11,27 miliar pada 30 Juni 2020. Realisasi itu turun 94,76 persen dari Rp215 miliar periode yang sama tahun lalu.

Adhi Karya mengantongi pendapatan Rp5,52 triliun pada semester I/2020. Realisasi itu tumbuh 1,86 persen dari Rp5,42 triliun periode yang sama tahun lalu.

Kendati demikian, beban pokok pendapatan perseroan naik 3,47 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp4,73 triliun. Akibatnya, laba bruto yang dikantongi perseroan turun 6,75 persen ke posisi Rp795,94 miliar per 30 Juni 2020.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Selvi Oktaviani mengatakan penurunan laba emiten BUMN karya pada paruh pertama tahun 2020 terutama di kuartal II/2020 memang sudah diprediksi.

Hal tersebut terjadi karena emiten terkendala membukukan pendapatan dan meraih kontrak baru akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah penyebaran pandemi virus Corona.

“Sementara, beban keuangan perusahaan tetap berjalan tanpa dibarengi dengan adanya pemasukan-pemasukan baru dari kontrak baru ataupun sumber pendapatan lainnya,” jelasnya saat dihubungi pada Selasa (4/8/2020).

Meski demikian, Selvi memperkirakan emiten BUMN karya dapat kembali memacu kenaikan kinerja keuangan pada semester II/2020.

Pelonggaran PSBB yang telah berlangsung akan berdampak pada pengerjaan kontrak-kontrak yang sempat terhambat. Selain itu, perusahaan kini juga telah dapat kembali mengikuti lelang-lelang proyek yang sempat tertunda karena adanya PSBB.

Hal ini akan memberikan pendapatan baru bagi perusahaan sehingga mereka dapat menjaga tingkat likuiditas dan memenuhi kewajibannya sesuai tenggat waktu.

“Kebijakan pemerintah terkait penanganan pandemi virus Corona juga perlu diperhatikan. Beberapa kebijakan akan menentukan progres pengerjaan proyek, seperti pemberlakuan kembali PSBB,” tambahnya.

Hal senda juga diungkapkan Direktur CSA Institute Aria Santoso. Menurutnya, realisasi anggaran secara siklus tahunan akan lebih besar pada semester kedua, khususnya di kuartal keempat.

Selain itu, kegiatan bisnis juga secara bertahap beroperasi untuk kembali optimal. Di sisi lain, BUMN karya juga masih memiliki banyak peluang kontrak baru yang belum terealisasi.

Dia mencontohkan, pembangunan di ibu kota baru secara jangka panjang akan meningkatkan nilai kontrak baru dan pemasukan perusahaan sehingga dapat meningkatkan performa keuangan.

“Pembangunan infrastruktur yang dijanjikan permerintah akan terus berjalan juga akan menjadi katais positif bagi emiten ini. Masih banyak proyek-proyek jalan, jembatan, gedung, bandara, pelabuhan, dan lainnya yang belum tergarap,” ujarnya.

Sebagian besar analis juga menilai saham-saham BUMN karya masih memiliki potensi upside.

Menurut data yang dikumpulkan oleh Bisnis, dari 24 laporan analis, 12 diantaranya masih merekomendasikan untuk membeli (buy) saham milik PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) dengan kisaran target price antara Rp650 – Rp1.140.

Sementara itu, dari 24 rekomendasi analis yang telah rilis pada 2020, sebanyak 12 analis merekomendasikan untuk membeli saham PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP) dan 6 lainnya memberi rekomendasi untuk hold. Target harga yang diberikan berkisar dari Rp850 hingga Rp2.000

Adapun, sebanyak 17 dari 24 analis merekomendasikan untuk membeli saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dengan target harga Rp1.250 hingga Rp2.500.

Sebanyak 6 dari 23 laporan analis untuk PT Waskita Karya (Persero) Tbk memberi rating buy dan 8 lainnya merekomendasikan untuk hold dengan target harga di kisaran Rp500 hingga Rp2.200.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper