Bisnis.com, JAKARTA – Emiten farmasi PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) sudah menyerap belanja modal 54 persen dari alokasi 2020 sebesar Rp547 miliar.
Direktur Keuangan Kimia Farma Pardiman menyebutkan alokasi belanja modal atau capital expenditure Kimia Farma pada tahun ini adalah sebesar Rp547 miliar dengan serapan mencapai 54 persen hingga akhir Juni.
“Sumber dari pendanaan ini adalah sumber dana internal akan digunakan pengembangan apotek, klinik, laboratorium klinik, pengembangan fasilitas bahan baku obat dan pengembangan fasilitas produksi yang merupakan mandatory regulator farmasi,” papar Pardiman pekan lalu.
Perusahaan pun optimistis bisa membalikkan posisi rugi pada tahun sebelumnya menjadi untung pada tahun 2020. Pardiman menyebutkan perseroan sudah memiliki langkah strategis yang dilakukan untuk menghasilkan laba pada tahun ini.
“Dan sebagai bukti bahwa pada triwulan pertama Rp160 miliar (laba usaha) dan ini tentunya akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya waktu,” ungkapnya.
Adapun sejumlah upaya yang dilakukan perseroan pada tahun ini adalah melakukan transformasi ritel, optimalisasi supply chain, meningkatkan keberagaman produk dan portofolio melalui aliansi strategis, manufacturing excellence dan digital initiative serta stabilisasi dan realisasi sinergi dari akuisisi.
Baca Juga
Terkait outlook negatif yang disematkan Pefindo terhadap Kimia Farma pada tahun ini, Pardiman mengatakan sejalan dengan dorongan dari pemerintah untuk mempercepat pembayaran utang, maka perseroan akan berusaha untuk menurunkan tingkat piutang yang pada akhirnya dapat menurunkan kewajiban berbunga jangka pendek.
“MTN [Kimia Farma Tahap I Tahun 2017 dengan jumlah pokok Rp400 miliar] yang akan jatuh tempo September mendatang, kita akan melunasi dengan dana internal kas Kimia Farma,” terangnya.
Di sisi lain, Direktur Utama Kimia Farma Verdi Budidarmo menyatakan sipa berperan sebagai distributor terkait keterlibatannya dalam proses produksi vaksin Covid-19 yang merupakan kerjasama antara perusahaan asal China Sinovac Biotech Ltd. dan perusahaan holding BUMN farmasi PT Bio Farma (Persero).
“Kimia Farma dan Indofarma memiliki jaringan distribusi di seluruh Indonesia dan kita sangat kuat di jaringan itu. Mekanisme seperti apa nanti berkoordinasi dengan pemerintah khususnya holding BUMN farmasi, Kementerian BUMN dan Kementerian Kesehatan,” tutup Verdi.