Bisnis.com, JAKARTA – Ketegangan yang terus meningkat dengan Amerika Serikat membuat pelaku pasar dan investor di China melepas kepemilikan saham dan mengamankan investasi.
Sentimen dengan cepat memburuk di tengah ancaman terbesar bagi hubungan diplomatik Beijing dengan Washington selama bertahun-tahun terakhir.
Pada perdagangan Jumat (24/7/2020) investor asing melepas kepemilikan saham hingga lebih dari US$2,3 miliar saham melalui hubungan pertukaran dengan Hong Kong, jumlah terbesar dalam sejarah.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks CSI 300 melemah hingga 5 persen, sedangkan indeks ChiNext turun 6.6 persen. Adapun, indeks Shanghai Composite melemah 3,86 persen.
Pelemahan saham semakin besar setelah kementerian luar negeri China mengatakan bahwa pihaknya memerintahkan AS untuk menutup konsulatnya di Chengdu. Pemerintahan AS awal pekan ini memerintahkan penutupan konsulat China di Houston.
Peningkatan ketegangan muncul pada waktu yang sangat tidak tepat bagi pasar saham karena pemerintah mengambil langkah-langkah untuk menekan gejolak yang telah mendorong pasar saham ke level tertinggi sejak 2015.
“Kekhawatiran atas hubungan China-AS akan mendominasi pasar, "kata manajer portofolio Keywise Capital Management (HK) Ltd, Raymond Chen.
"Pelaku pasar akan mengamati dengan cermat bagaimana reaksi AS terhadap penutupan konsulat Chengdu. Saya memperkirakan ada lebih banyak panic selling dalam waktu dekat," lanjutnya, seperti dikutip Bloomberg.
Saham AviChina Industry & Technology Co, yang memproduksi peralatan penerbangan untuk militer, melonjak hingga 10 persen di Hong Kong. Sementara itu, saham Avic Shenyang Aircraft Co. melonjak 9,7 persen di bursa Shanghai.