Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesian Tobacco (ITIC) Anggarkan Capex Rp100 Miliar

Belanja modal perseroan dialokasikan untuk pembelian bahan baku stok tembakau.
Produk tembakau iris buatan PT Indonesian Tobacco Tbk./indonesiantobacco.com
Produk tembakau iris buatan PT Indonesian Tobacco Tbk./indonesiantobacco.com

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten tembakau iris PT Indonesian Tobacco Tbk. (ITIC) mengungkapkan sudah menyerap 55 persen dari total target belanja modal atau capital expenditure untuk tahun 2020.

Direktur Utama Indonesian Tobacco Djonny Saksono mengatakan belanja modal yang dicanangkan perseroan adalah sekitar Rp100 miliar untuk pembelian bahan baku stok tembakau.

“Jadi kita rencana Rp100 miliar capex untuk pembelian tembakau. Sebagai gambaran, setiap tahun kita harus membeli jumlah yang kita butuhkan dalam kurun waktu satu tahun itu ditambah dengan target pertumbuhan kita,” ungkap perseroan.

Adapun, pada tahun ini, perseroan menargetkan penjualan sebanyak 2.800 ton dengan realisasi penjualan sebesar 1.256 ton hingga akhir semester satu tahun ini atau setara 44,86 persen dari target penjualan keseluruhan perseroan pada tahun ini.

Belum Bisa Agresif

Emiten berkode saham ITIC tersebut sebenarnya mencatatkan pertumbuhan pendapatan domestik yang positif hingga semester kedua tahun ini seperti; Sulawesi (89,25 persen) menjadi Rp18,93 miliar, Kalimantan (26,89 persen) menjadi Rp14,3 miliar dan Papua (+20,85 persen) menjadi Rp67,15 miliar.

Namun, Djonny mengakui perseroan tidak bisa agresif melakukan ekspansi dengan menggarap pasar potensial yang dulu pernah dicanangkan perseroan seperti Ambon, Ternate dan Tobelo.

“Sejauh ini sulit karena tempat-tempat itu ada yang melaksanakan PSBB, tim marketing kita sulit menjangkau tempatnya. Untuk sementara ada pasar baru yang kita sudah kita garap seperti Sumatera Selatan untuk tahun ini dan ada pertumbuhan dari pasar existing,” sambungnya.

Djonny juga menyatakan sudah menyiapkan produk baru namun dikarenakan kondisi pandemi yang kurang mendukung, perseroan mengambil keputusan untuk menunda peluncuran produk.

Terkait ekspor, Djonny juga menyatakan perseroan masih menggarap pasar existing dengan tujuan Jepang, Malaysia, Singapura. Baginya, hambatan seperti larangan perjalanan ke luar negeri membuat perseroan sulit berkoordinasi seperti mencari partner di luar negeri dan mengirimkan sampel barang.

Adapun, konsumen di tiga negara tujuan ekspor produsen tembakau dengan jenama Manna itu dibedakan atas segmen yang berbeda-beda pula. Menurut Djonny, konsumen produk ITIC di Jepang adalah orang muda mengingat tren melinting rokok yang kian menggema disana.

Di sisi lain, konsumen produk ITIC di Malaysia mayoritas adalah pekerja kasar seperti di areal perkebunan sementara konsumen perseroan di Singapura adalah expat yang berasal dari India dan Bangladesh yang bekerja di sektor konstruksi.

“Kita cukup eksis di sana. Pangsa pasar masih bagus dan stabil di market luar negeri,” tutup Djonny. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper